Aku menikmati angin lembut pantai yang menyapu anak rambutku, sambil sesekali melihat ke layar ponsel. Ah, rasanya aku masih belum terbiasa melepaskan hubungan kita.
Sebuah pesan masuk ke ponselku, berharap darimu. Dan ya, ternyata itu kamu.
Kamu masih di pantai? aku OTW ke sana. Tunggu ya. – Danu
Aku tersenyum sambil mengetikkan kata ‘ya’ dan mengirimnya.
Kita memang sudah resmi putus, tapi kamu masih mau menjadi temanku. Agak janggal rasanya, tapi biarlah. Toh kita berpisah baik-baik, tak ada caci maki apalagi dendam. Memang saat itu ada air mata, tapi aku rasa air mata yang jatuh lebih berupa air mata lega. Lega karena aku tak harus berpura-pura masih jatuh cinta sama kamu.
Sebentar kemudian kamu sampai dan mengambil duduk di sebelahku. Ombak menjilat lembut kaki kita, sebentar lagi mentari rebah ke peluk malam. Kita sejenak terbuai dalam suara semesta, debur laut, siulan camar serta kelepak sayapnya.
“Kamu pernah menyesal pacaran sama aku? “, tanyamu tiba-tiba.
Aku menatapmu sambil menggeleng. Tentu saja mencintai seseorang bukanlah sebuah kesalahan, pikirku.
“Kenapa kamu nanyanya aneh?”, aku tersenyum.
“Entahlah, ini kali kesekian aku putus sama cewek. Bukan bermaksud sombong, tapi sepertinya aku udah kaya piala bergilir. Dari satu cewek ke cewek yang lain.”
“Kok kamu mau?”
“Mau apa?”
“Ya, jadi piala bergilir gitu? Jual mahal dikit donk,” aku tertawa sambil menepuk bahunya.
“Mungkin. Sepertinya setelah ini aku akan lebih selektif dalam memilih cewek.”
“Nggak yang kaya aku, gitu maksudnya?”, godaku.
“Enggak, bukan begitu, Mel.”
“Hahaha, nggak apa Dan, aku nggak pernah menyesal pernah pacaran sama kamu. Toh kita juga berpisah baik-baik. Mungkin baiknya kita jadi sahabat aja. ”, aku menatap langit yang mulai menjingga.
“Ini bukan judul terakhir, kan Mel?”
“Maksudmu?”
“Iya, ini, kamu, kita. Bukan judul terakhir dalam kisah cinta kita masing-masing, kan? “
“Tentu saja nggak, Dan. Kamu dan aku, kita bakal nemuin suatu hari nanti, pasangan kita yang sebenarnya. Mungkin mereka sedang ada di sisi lain pantai ini, mungkin mereka juga pernah pacaran kaya kita, Siapa yang tahu? Cinta itu berkah, tapi jodoh itu rahasia Tuhan. “, aku tersenyum, berdiri sambil menyapu butir-butir pasir yang menempel di kakiku.
“Pulang yuk.”, ajakku.
“Oke. Kamu aku anter pulang ya?”
Aku mengangguk. Kita bergandengan pulang, seiring mentari yang pulang ke haribaan malam.
@alvina 13 #15HariNgeblogFF hari keempatbelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar