Aku masih ingat semalam, ketika kamu mengecup lembut keningku. Saat itu hari kelabu, gerimis masih membasahi bumi. Pekatnya awan masih menyelimuti langit. Dingin. Tapi aku masih merasakan betapa hangat dalam pelukmu. Hari itu adalah hari indah bagiku, karena akhirnya kamu melamarku.
Kini aku duduk di ruang putih ini. Bau disinfektan menyengat pernafasan. Rasanya sesak, entah karena bau itu atau aku sesak mengingat tawamu. Di dalam sana, kamu berjuang bertahan.
“Din, Rangga kecelakaan.”, kakakmu mengabariku pagi tadi. Katanya, dalam perjalanan pulang setelah mengantarku, ban mobilmu pecah, lalu terjun bebas dari jalan bebas hambatan. Entah apa yang ia omongkan selanjutnya, karena duniaku seakan turut runtuh saat itu.
Betapa kebahagiaan bisa dengan cepat berganti duka.
Aku menangis terisak, begitu takut kamu tinggalkan. Bagaimana dengan aku, yang akan selalu berduka jika kamu pergi?
Lampu kamar operasi dimatikan. Operasi berakhir, seorang dokter lalu keluar menemui orangtuamu. Aku berjalan mendekat, antara penasaran tapi begitu takut mendengar kabar buruk darimu. Jangan pergi dulu Ngga, Batinku.
“Operasinya lancar. Saudara Angga masih harus dirawat intensif tapi kondisinya sudah lebih baik”, dokter tersenyum padaku.
Aku tertawa. Menangis lalu tertawa lagi. Hidup memang permainan yang berbatas tawa dan air mata.
“Aku benci kamu hari ini.”, aku berbisik di depan pintu kamarmu. Aku masih belum mau masuk sampai kamu tersadar, lalu aku akan puas memarahimu.
“Aku benci kamu hari ini. Kamu melamarku, lalu kamu menorah hatiku dengan perasaan takut kehilangan yang amat sangat.”
“Tapi hanya hari ini, karena aku tahu setelah hari ini aku akan selalu mencintaimu. Karena aku nggak mau kamu pergi dariku, Ngga.”, aku tersenyum memandang jauh wajahmu.
@alvina13 #15HariNgeblogFF hari kedelapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar