Jumat, 02 Juni 2017

Menginap di Hotel Ibis Style Solo




Melanjutkan staycation saya dan para bocah, kali ini kami menginap di Ibis Style Hotel Solo. Kamarnya, seperti biasa, saya nyari yang ada bath tubnya. Ngoahahaha. Dapet di Family Room. Sebenernya udah bolak balik ke Ibis buat ketemuan ama temen dan saudara yang lagi mampir ke Solo, tapi biasanya cuma ketemuan di lobi atau kolam renangnya aja. jadi emang udah lama juga penasaran kayak apa sih rasanya nginep di sini.

Fyi, Ibis ini "gandeng" sama Novotel. Mereka berbagi beberapa fasilitas yang sama, seperti Spa di Novotel dan Kolam renang di Ibis. Jadi semacam saling melengkapi gitu kalik ya.


Saya datang sekitar pukul 14.30 siang, akses parkir ternyata mudah, ada dua tingkat pula, jadi lumayan memuat banyak mobil lah ya. Dari parkiran juga disediakan lift menuju lobi, alhamdulillah, karena kalau jalan kaki bakal kerasa jauh banget. Sampai di lobi ternyata lagi sepi, saya check in dan dipersilakan menunggu karena kamar belum siap. Okelah, saya dan bocah bocah nunggu di sofa sambil melihat lihat sekitar. Kami tunggu 15 menit, masih belum ada informasi lagi, saya mendatangi meja resepsionis lagi. Mereka masih mengatakan bahwa kamar belum siap. Bagaimana belum siap lha kan saya udah pesen jauh jauh hari, yakalik okelah nunggu lama kalau misalnya saya ujug ujug dateng terus baru mesen kamar gitu. Udah mulai kesal donk saya, mana nggak disediain welcome drink pula. Biasanya di Ibis Style kota lain disediakan Welcome drink, padahal. Anak anak juga mulai bosan nunggu. Nah, sekitar hampir jam 15.00-an baru kami dipersilakan menuju ke kamar.

Masuk ke kamar, nuansanya minimalis.
Ada kamar mandi di sisi dekat pintu masuk, susunannya ya seperti kamar hotel biasanya gitu lah ya.
Pendingin ruangannya berkerja dengan baik, mungkin karena ukuran kamar juga kecil, jadi cepet dinginnya. Anak anak selonjoran di kasur sambil nonton tv, sedangkan saya seperti biasa ngider dulu ngecek ini itu.



Di salah satu sisi kamar disediakan meja kursi dan ada sofa pendek yang cukup nyaman ditiduri. Tea bar nya seperti biasa, ada kopi-krim-gula-pemanis-teh dan pemanas air. Ada gula, tapi ngga ada sendok sebiji pun, sis. Saya pikir, mungkin mereka pakai pengaduk sekali pakai. Tapi saya cari cari ternyata juga nggak ada. Bah, saya nanti ngaduk teh pakai apaan? Yah, saya coba berpositif thinking, mungkin karena hotel ini bintang tiga, maka fasilitasnya ya biasa biasa saja. Masalah sendoknya.. ya ngga usah pakai gula lah, biar ngga repot ngaduknya. Oh iya, ada kulkas juga di bagian bawah meja, dan sepertinya ada port LAN untuk akses internet ke laptop. Cuma saya nggak nanya nanya tentang ini sih. Ngga butuh juga, lagian.


Lalu saya nengok ke kamar mandi. Cukupan lah ya, ngga luas amat. Bath tub dan shower jadi satu. Wastafelnya lebar, saya jadi ngebayangin mandiin bayi aja muat di sini mah. Kloset bersih dan tissue juga tersedia. Hanya saja ada gantungan lap tangan, namun nggak ada lap tangannya. Mungkin terlupa atau mungkin memang buat hiasan doank.


Setelah sholat ashar, kami turun ke lobi menuju kolam renang. Pas banget di area kolam lagi sepi. Ada dua kolam renang di sini, satu untuk anak-anak dengan kedalaman 45 cm. Satu lagi lebih dalam dengan kedalaman 1,5 m. Karena ngga ada si ayah, saya cuma berani bawa anak anak ke kolam anak. Airnya tidak terlalu dingin, bersih dan tidak berbau klorin dengan menyengat seperti kolam renang pada umumnya. Lantainya juga tidak licin, si adek asyik aja jalan di dalam kolam tanpa takut tergelincir. Ada kursi untuk bersantai berserta handuk di dekat kolam, sayangnya bingung kalau mau pesan makan karena ngga ada petugas yang nungguin xD


Setelah sekitar sejam berenang, si adek mulai capek, terus kita ganti baju di kamar mandi sebelum naik ke kamar. Ruang ganti di toilet dekat kolam ini agak kurang bersih. Jadi kami buru buru berganti baju dan memutuskan untuk mandi di kamar saja nanti.

Kamar mandi Family Room


Sekitar setelah magrib, kami memesan makan malam melalui layanan kamar. Menu di sini lumayan bervariasi dan tidak terlalu mahal dibandingkan Lor in atau di Royal Heritage. Kami pesan sandwich, nasi goreng serta paket ayam goreng. Minumnya si kakak minta smoothie, sedangkan saya pesan es campur. Nggak sampai sejam pesanan sudah diantar ke kamar. Setelah puas makan, kami tidur dengan pulas.


Paginya, setelah si adek bangun, kami turun mengambil sarapan. Pilihannya nggak banyak, tapi cukuplah buat kami mah. Saya ambil roti dan butter, sayang nggak ada muffin waktu itu. Si kakak ngambil sereal plus susu plus roti tawar. Ada omelet juga yang dibuat sesuai pesanan. Yang saya suka saat sarapan di sini adalah karena spacenya yang luas. Ada banyak kursi dan bahkan sofa bagi tamunya. Tamu tamu kebetulan juga mungkin ya, saat itu tidak ramai, jadi kami bisa dapat tempat duduk dan makan sampai kenyang.


Selesai sarapan sempat saya tawarin renang lagi sih tapi si kakak nggak mau. Dia malah minta pulang aja, alhasil kami beberes lalu check out. Saat mengurus check out, meski lobi saat itu amat ramai, tapi pelayanan mereka sangat cepat. Setelah menyerahkan kunci, kami sudah dapat meninggalkan hotel.

Hmm.. Jadi pengen menginap ke mana lagi kita yaa setelah ini?

Rabu, 24 Mei 2017

Menginap di The Royal Surakarta Heritage Hotel





Waktu kakak liburan seminggu kemarin, si Ayah malah pergi ke luar kota. Alhasil si kakak jadi galau. Tahun kemarin liburan ke Bali (cerita lengkapnya di sini), tapi tahun ini memang udah jauh jauh hari nggak diniatin pergi ke mana mana sih selama Kakak libur.

Karena trend staycation masih menjamur, saya memutuskan mengajak si kakak dan si adek untuk menginap semalam di dua hotel yang berbeda. Hitung hitung sambil membunuh waktu nungguin ayah mereka balik ke Solo. Tadinya saya pikir karena Solo ada banyak hotel, nggak akan susahlah milih hotel yang nyaman buat anak anak. Eh ternyata saya salah donk. Ada banyak pilihan hotel, tapi sebagian besar hotel hotel singgah gitu, yang minimalis, yang untuk orang kantoran, bukan untuk liburan.


Senin, 03 April 2017

Menginap di Istana Ombak Pacitan

View from Istana Ombak Pacitan



Sebelumnya sih saya bingung juga, mau nginep di mana kalau ke Pacitan. Iya sih di pantai Teleng Ria ada banyak penginapan. Demikian pula di Pantai Klayar. Tapi kami sepasukan sukanya tempat yang ngga terlalu rame dan fasilitasnya memuaskan. Apalagi kalau bisa dapet view langsung ke pantai, wah mau banget.

Nah, saat browsing itulah terus nemu Istana Ombak ini. Dilihat lihat dari webnya kayaknya kok asyik banget. Istana Ombak ini juga terkenal di kalangan para surfer, karena memang Ombak di WatuKarung cukup tinggi pada bulan bulan tertentu. Alhasil banyak surfer mancanegara yang kemari.
Setelah dari Klayar (cerita di postingan sebelumnya), kami langsung menuju WatuKarung. Modal google maps doank sama gps (gunakan penduduk sekitar) :))
Masuk dari pintu retribusi Pantai Watu Karung, kita akan menyusuri perkampungan penduduk. Gang menuju penginapan dimulai dengan gang menuju Desa Limasan, setelah itu ada gang dengan Gapura menuju ke Istana Ombak.

Minggu, 02 April 2017

Pantai Klayar Pacitan

Libur kejepit pas nyepi kemarin, saya dan pasukan liburan ke Pacitan. Pantai di Pacitan juga terkenal cakep cakep, apalagi ombaknya yang tinggi sehingga jadi tujuan para surfer. Perjalanan Solo-Pacitan kira kira butuh waktu empat jam, karena kita iring iringan dan nyetirnya juga nyante. Pleus, di beberapa titik di Wonogiri, jalannya cukup rusak sehingga perlu hati hati.

Pantai Klayar Pacitan


Tujuan pertama kami adalah Pantai Klayar. Konon pantai ini pemandangannya bagus dan asyik buat liburan. Sialnya, waktu kami ke sana, gerimis turun dan kayaknya malah habis hujan. Alhasil tanah pada becek, bèlok malahan, licin dan susah buat jalan. Udah gitu parkirnya juga jauh dari pantai. Kita pake ngojek dulu, cyin, buat ke pantai. Karena parkirnya di bagian atas tebing, sedangkan kalau ke pantai harus jalan ke bawah. Sebenernya jalan rayanya sih sampai ke pantai, tapi ditutup padahal menurutku masih ada lahan kosong untuk parkir.


Rabu, 01 Maret 2017

Yang Dibawa Saat Umroh Bersama Anak





Alhamdulillah saya sekeluarga berkesempatan untuk pergi berumroh. Tentu saja dengan membwa dua orang anak, bawaan saya jadinya mayoritas menyesuaikan kebutuhan para pasukan kecil. Berikut beberapa tips dan daftar yang bisa mama masukkan juga ke dalam daftar bawaan untuk umroh.

Senin, 27 Februari 2017

Pengalaman Terbang dengan Qatar Airways




Sebelum berangkat umroh, seperti emak emak gaul lainnya, saya sibuk berselancar di internet mencari tahu tentang pengalaman terbang dengan Qatar Airways terutama bersama anak-anak. Sedihnya, saya nggak menemukan banyak postingan tentang hal ini. Kebanyakan hanya membahas secara garis besar bagaimana persiapaan umroh sebelum dan saat sampai di Mekah sana. Jadi mumpung saya inget, postingan ini saya buat selain buat memori si kakak dan adek kelak, juga agar ada manfaatnya buat emak emak yang bakal terbang dengan maskapai ini.

Penerbangan kemarin kita naik Qatar Airways, CGK-DOH selama kurang lebih tujuh jam perjalanan lalu lanjut DOH-JED kurang lebih dua jam perjalanan. Fasilitasnya kurang lebih sama, kecuali jumlah makan yang dibagikan. Pesawatnya jenis Dreamliner dengan jumlah seat 3-3-3. Karena saya belum pernah naik pesawat lain ke luar negeri, jadi saya ngga bisa ngasih perbandingan room atau kursi yang tersedia.