Sabtu, 03 Desember 2011

Buku Harian

Sejak SD, aku sudah terbiasa menulis di buku harian. Semenjak Mama meninggal, sepertinya, ketika aku mulai belajar untuk tidak mudah percaya terhadap orang lain, meskipun terhadap keluargaku sendiri. Dulu aku terbiasa menulis paling tidak satu lembar setiap harinya, biasanya saat malam sebelum tidur, aku akan menceritakan kejadian yang aku alami selama seharian itu dan apa agendaku keesokan harinya. Bagiku saat itu menulis buku harian sudah jadi kebutuhan, aku yang tinggal jauh dari orangtua dan merasa ditelantarkan mungkin adalah alasan utamanya.

Semenjak SMA, tulisanku mulai beragam, aku mulai merasakan jatuh cinta, mulai bimbang melangkah, keputusasaan di sekolah atau hal apa aja mulai bervariasi menghiasi lembar demi lembar buku harianku. Tapi aku sudah tidak rutin menulisnya, faktor kesibukan dan rasa khawatir jika buku itu dibaca orang lain adalah alasan lainnya kenapa aku mulai nggak rajin nulis.

Lulus SMA, aku menikah lalu berkenalan dengan blog. Yang ini lebih umum, tapi aku bebas menulis sesuka hatiku meski biasanya dalam bentuk puisi. Aku tak pernah menulis buku harian lagi, meski terkadang ingin. Entahlah, aku masih sulit mempercayai orang, karena kau tak kan tahu selama apa manusia bisa memegang kepercayaan.

Rabu, 09 November 2011

If you were mine

If you were mine, aku akan menjadi wanita paling bahagia di muka bumi, bahkan paling bahagia di semesta. Jiwaku adalah nafas yang berhembus menginginkanmu. Ragaku adalah belulang yang hampa kosong tanpamu.

note : BLOGGER CONTEST "IF YOU WERE MINE" a novel by Clara Canceriana

Kamis, 03 November 2011

Puisi, Hujan

Hujan itu seperti sejuk yang menghapus risau bumi
Seperti lagu yang mengiringi hari
Seperti cinta yang menyemaikan banyak mimpi

Sudah lama aku berhenti menulis sajak tentang hujan
Ia pernah hilang, tergantikan rutinitas hidup yang berjalan

Pelan-pelan, setahap
Lalu ternyata tetap berhenti di persimpangan

Menemui hujan, lagi kali ini dalam diam
Hilang hingar bingar yang dulu ada

Hujan telah menjelma dalam sebuah cerita yang baru
Dalam detak jantung yang memburu
Ketika ia turun dekat bersamaku

Kamis, 27 Oktober 2011

Blog, Buku, dan Saya. -Memperingati Hari Blogger Naisonal-

Selama ini saya sering sekali baca buku, saya juga sering nulis meski waktu itu belum rajin meresensi buku. Saya punya blog biasa, yang postingannya biasanya berupa curhat-curhatan saya doank atau tulisan tulisan ngga jelas. Kadang kalo lagi rajin, saya sering menyelipkan beberapa tugas kuliah di postingan saya, tapi itu Cuma beberapa kali doank. Sejujurnya, saya pingin blog saya bermanfaat buat orang lain. Tapi apa yang bisa saya tulis ya? Sedangkan postingan tugas aja sering males-malesan.


Sampai suatu hari saya tahu dari seorang teman yang udah ikut BBI duluan, bahwa ada perkumpulan orang-orang yang ”gila baca” dan ”hobi nulis”. Okelah, dua sebutan itu saya rasa cukup tepat untuk mendiskripsikan diri saya sendiri. Maka saya putuskan memelihara satu blog lagi, khusus untuk tempat saya mengoceh tentang buku-buku yang pernah saya baca. Masih awal sebenarnya ketika saya memutuskan untuk bergabung dengan BBI. Dan ternyata saya nyaman sekali di kumpulan teman-teman ini.


Akhirnya saya punya teman ”nyata” yang punya hobi sama kaya saya. Teman-teman yang tau bagaimana nyamannya masuk ke dunia dalam sebuah buku. Maklum, soalnya selama ini saya jarang banget ketemu sama orang-orang yang benar-benar punya hobi sama saya. Seringkali saya ngerasa ”aneh” di dunia saya sendiri. Banyak yang saya kenal tapi nggak ada teman-teman yang bisa saya ajak diskusi atau saya ajak bicara tentang buku terbaru, minta rekomendasi buku yang bagus atau ngobrol apaaa aja tentang buku.


Maka BBI ini resmi menjadi ”zona nyaman” saya. Seneng lho rasanya begitu tau ada orang yang sama gilanya tentang buku kaya saya. Seneng nimbun buku, kalo tidur temennya buku, punya banyak buku, (pingin) punya perpus sendiri di rumah yang gedeeee. Kalau ke toko buku nggak betah rasanya pulang Cuma bawa satu buku, yaah.. semacam keunikan kaya gitu. :)


Setelah gabung ke BBI juga jadi makin banyak dapat keuntungan. Selain banyak rekomendasi buku-buku dari blognya teman-teman, Alhamdulillah saya juga mulai sering dapet "buntelan" buku buat direview dari penerbit. Nggak sering-sering banget sih, tapi rasanya bangga banget kalo ada penerbit yang bukunya mau direview sama saya gitu. hohohh.. Ya tentunya masih dalam tahap pembelajaran mereview dan ngeblog yang asyik. Tapi sungguh, rasanya dengan ngeblog dan ngereview buku, saya berharap blog saya bisa membantu temen-temen dalam memilih buku-buku yang ingin dibaca. Dan ngeblog ini telah menjadi perpaduan dua hobi saya yang paling utama, membaca.. lalu menuliskannya lagi dan memberitahukan kepada dunia.


Yaaa.. semoga blog ini bisa saya rawat sampai lamaaa sekali. Semoga teknologi yang kecepatan majunya bukan main itu tidak menggerus saya, blog dan buku. Selamat berpesta,blogger Indonesia.. Semangat hari blogger Nasional!!

Sabtu, 15 Oktober 2011

Jalan masih panjang *kaya judul lagu*

Kali ini saya pengen cerita tentang temen-temen satu angkatan di pasca. Suka kasian kalo ngebayangin mereka jauh-jauh dari Irian, dari Bali, Dari NTB buat ke Jogja biar bisa sekolah lagi. Ninggalin anak, ninggalin Istri, belum tentu sebulan sekali bisa pulang. Ayah bilang, saya mungkin contoh mahasiswa yang “bandel”, selese kuliah langsung colut. Ada acara makan-makan atau tamasya kaya hari ini juga ga ikut.

Biarin. Suka-suka mereka lah mau bilang gimana, tapi kalo yang udah punya anak saya rasa mereka pasti ngertiin. Maklumin. Sejujurnya saya salut banget ama ibu-ibu, bapak-bapak yang mau meninggalkan keluarganya demi meraih cita-cita. Kewajiban. Ah apalah itu namanya.

Saya aja yang pulang pergi tiap hari masih mikir-mikir lagi buat ngelanjutin sekolah ini. Kadang udha puas lah, Sarjana saja. Jadi Ibu rumah tangga saja, ngurus anak, nulis buku, review buku, ngedit buku. Itu aja cukup. Tapi mau gimana donk, Allah kasih rejeki, dan pilihan-Nya pasti selalu yang terbaik buat saya.

Cuma ga yakin juga survive ngga sampe tamat.

Wallahu’alam.

Mungkin saya nggak sekuat mereka yang rela nyebrang pulau buat sekolah. Angkat topi buat mereka pokoknya. Kadang kalo lagi ngeliat mereka, jadi ketularan semangatnya. Mereka aja bisa. Meski saya juga ga tau gimana rasanya ya berbulan bulan jauh ama anak sama suami, sama istri..

Selasa, 02 Agustus 2011

Just Story

Seperti bulan di malam hari, sendirian, padahal di tengah keramaian langit berbintang. Atau seperti sinar matahari yang jatuh di bayang-bayang perbukitan, menjadikan dua kesepahaman, satu terang satu gelap. Seperti itulah yang terjadi pada kita. Halimun pagi mungkin masih sanggup mendinginkan suasana, menyisakan ruang bagi paru-paru untuk menikmati udara. Tapi tidak demikian menjelang siang, kabut yang hilang, mentari yang garang, dan kita memisahkan diri menjadi dua pribadi kesepian.


Bersamamu aku hidup dalam bayang-bayang. Dalam semesta yang terduakan, terbedakan, menjadi luka yang perih terderakan. Selalu seperti dulu, kita berjalan di dua jalan yang bersisian, seperti rel yang kadang kita telusuri sampai lelah kita berjalan. Adakah harapan jika di setiap doa selalu terselip pertanyaan? Adakah asa jika di setiap hari jika yang ada hanyalah penantian dan keteraturan.


Terkadang membersamaimu aku merindui ketidak teraturan. Sedikit kejutan manis sederhana di pagi hari, atau bebas tidur sampai siang hari, bangun ditemani secangkir teh dan setangkup roti. Namun toh tidak ada yang salah dengan keteraturan ini, kan?


Aku menghirup dan menghembuskan nafas pelan-pelan. Agar ketenangan masuk dan merambati pembuluh darahku perlahan-lahan, agar kunikmati pagi ini dengan senyuman di pelataran.


Hidup itu tak mudah, tak pernah mudah, aku meyakini diri sendiri. Dan semuanya berawal dari pilihan, dari lengkung hati kita yang berkehendak dan memutuskan.


-Solo-

020811

Minggu, 24 Juli 2011

Rutinitas

Mungkin aku perlahan menjauh dalam keseharian yang berkutat dengan luka dan tidak lagi membersamaimu dengan lagu kita yang penuh tawa seperti dulu. Hidup mengajariku bahwa dunia penuh dengan orang-orang misterius. Yang melangkahkan kaki mereka ke arah yang tidak sesuai dengan kata hati mereka. Mungkin aku sudah termasuk di antara gerombolan manusia seperti itu. Rutinitas membekukanku seperti air dibekukan dingin. Aku tak bisa lagi mengejar kupu-kupu di taman berbunga, duduk di bawah rindangnya pepohonan depan rumah, atau menikmati santap siang sepiring berdua denganmu. Sungguh, rutinitas mungkin benar-benar mengikatku. Sesekali aku masih ingin menatapi langit lalu bercerita denganmu, menuliskan lembar kisah kita di buku harian biru seperti dulu yang kini halaman berikutnya kosong. Aku telah berhenti menuliskan jejakmu di hatiku. Tidak, aku tidak akan menghilangkannya, aku hanya berhenti. Mencari seluang kesempatan agar aku mampu lagi menuliskan jejak kita seperti dulu, seperti langit siang, langit sore yang menghidupkan kehidupanku. Mengacaukan aku dari rutinitasku. Membiarkan ide mengaliriku.

Minggu, 26 Juni 2011

Kita

Hidupmu tak pernah jauh-jauh dari kisahku. Kita bertemu di bawah langit biru, tempat semesta berarak menemukan palung kehidupan yang nyata. Kita beradu dalam seru, dalam tanya dan dalam koma yang menjadikan lagu kita seirama. Aku tak pernah jauh-jauh dari hatimu. Bersama gemuruh kacau kita terseok melangkah di jaman yang mendorong kita mundur kebelakang. Jauh di pelataran kebengisan, hidup yang pas-pasan, dan kita menjadi pesakitan. Dunia tak butuh aku atau kamu, tapi kamu butuh aku seperti aku membutuhkan nafasmu. Sejauh telapak tangan kita berpisah, sejauh itu pula kita melangkah membelah arah. Bahasa dunia menyatukan kita lewat rima, lewat baris dan lewat kata yang kau sentuhkan di lembar kertas tua. Semua terasa seperti biasa. Huruf yang tak sama, warna yang berbeda. Namun kau smenghadirkan sesuatu yang lain untuk ku kecap, untuk terasa di otakku yang kaku, untuk membekas di hatiku yang pilu. Ya, kau dan aku adalah nostalgia yang tersapu badai waktu. Datang pulang bersama angin yang bertiup dengan kenangan.

Rabu, 18 Mei 2011

Astronot - Chemist - Wanita

Anna Lee Tingle Fisher

lahir pada August 24, 1949, di New York City. Pada tahun 1967 ia lulus dari San Pedro High School. Mendapatkan gelar bachelor of science Kimia tahun 1971 di University of California, Los Angeles (UCLA). Ia kemudian melanjutkan studinya tentang x-ray crystallographic dari metallocarbonanes. Tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah kedokteran UCLA dan memperoleh gelar doctor of Medicine pada tahun 1976. Kemudian ia kembali ke kimia dan menerima gelar master of science dari UCLA pada tahun 1987.

Fisher terpilih menjadi kandidat astronot pada Januari 1978. Dia seorang mission specialist pada misi STS-51A yang diluncurkan 8 November 1984. Ditemani oleh Frederick Hauck (spacecraft commander), David Walker (pilot) dan fellow mission specialists Dr. Joseph Allen dan Dale Gardner. Fisher memiliki catatan penerbangan total sejumlah 192 jam di ruang angkasa.

Fisher menjadi seorang ibu pertama yang ke ruang angkasa pada misi STS-51-A.

Catherine Grace "Cady" Coleman


lahir pada December 14, 1960. Dia pernah mengikuti dua misi luar angkasa dan merupakan anggota dari Expedition 27 yang diluncurkan tanggal 16 Maret 2011 kemarin.

Coleman lulus dari W.T. Woodson High School, Fairfax, Virginia, pada tahun 1978; Mendapatkan gelar bachelor of science degree untuk kimia dari Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1983, dan doctorate di ilmu pengetahuan dan teknik polimer dari University of Massachusetts, Amherst pada tahun 1991. Pada tahun 1988 dia menjadi peneliti di Wright-Patterson Air Force Base. Dia mensintesis senyawa untuk aplikasi optik seperti komputer dan penyimpanan data. Ia juga berperan sebagai surface analysis consultant pada Long Duration Exposure Facility , salah satu penelitian NASA.

Coleman terpilih oleh NASA pada Maret 1992. Pengalaman luar angkasa pertamanya, yaitu STS-73 Columbia. Berfokus diantaranya pada sains material, bioteknologi, combustion science, fisika fluida, dan beberapa penelitian sains lainnya. Ia mengorbit Bumi sebanyak 256 kali, dengan total 15 hari, 21 jam, 52 menit dan 21 detik di luar angkasa.

STS-93 Columbia (July 22-27, 1999) adalah misi 5 hari dimana Coleman sebagai pemimpin mission specialist untuk Chandra X-Ray Observatory. Didesain untuk mengawali studi komprehensif dari jagad raya, teleskop ini memungkinkan ilmuwan untuk mempelajari fenomena eksotik, seperti ledakan bintang, quasars, dan lubang hitam. Misi ini berlangsung selama 118 jam dan 50 menit.

Helen Patricia Sharman,

lahir pada 30 May 1963 adalah orang Inggris pertama yang ke luar angkasa. Sherman lahir di Grenoside, Sheffield, mendapatkan gelar B.Sc. untuk kimia dari University of Sheffield pada tahun 1984 dan Ph.D. dari Birkbeck, University of London.

Sherman terpilih menjadi astronot Inggris pertama pada 25 November 1989. Program yang dijalankannya bernama Project Juno dan merupakan kerjasama dari Pihak Uni Soviet dan perusahaan Inggris. Tetapi proyek ini gagal diluncurkan ke luar angkasa.

Misi Soyuz TM-12 yang mengikutsertakan kosmonot Anatoly Artsebarsky dan Sergei Krikalev, diluncurkan pada 18 May 1991, Sharman bertugas dalam uji medis dan agrikultur, dan memfotografikan British Isles. Dia kembali ke Bumi menggunakan Soyuz TM-11 pada 26 May 1991, bersama Viktor Afanasyev dan Musa Manarov.

Sharman berusia 27 tahun 11 bulan ketika ia pergi ke luar angkasa dan pada tahun 2007, merupakan salah satu dari 5 orang termuda dari 455 orang (90% laki-laki) yang telah pergi ke luar angkasa.

Janet Lynn Kavandi,

lahir di Springfield, Missouri. Lulus tahun 1977 dari Carthage Senior High School - Carthage, Missouri. Mendapatkan gelar di kimia dari Missouri Southern State College (bachelor's, 1980), Missouri University of Science and Technology (masters, 1982), dan University of Washington (doctorate, 1990).

Kavandi terpilih menjadi kandidat astronotoleh NASA pada Desember,1994. Ia menjadi mission specialist pada misi STS-91 (June 2-12, 1998), misi kesembilan dan terakhir Shuttle-Mir docking. Ia bekerja sebagai CAPCOM (spacecraft communicator) pada NASA’s Mission Control Center. Pada misi keduanya STS-99 (February 11-22, 2000), the Shuttle Radar Topography Mission, memetakan lebih dari 47 juta mil permukaan bumi untuk menyediakan data akurat pada peta topografi 3 dimensi. Pada misi STS-104/ISS Assembly Flight 7A (July 12-24, 2001) ia bertugas menjadi agen Payloads and Habitability, kemudian sebagai agen kepala di International Space Station (ISS). Ia bertanggung jawab untuk pelatihan, operasi, keamanan dan kebiasaan kru ISS. Dalam perjalanannya ia telah menghabiskan 33 hari di luar angkasa, 13.1 juta mil dalam 535 kali orbit Bumi.

Millie Elizabeth Hughes-Fulford

lahir di Texas pada 21 Desember 1945. Dia lulus dari Mineral Wells High School pada 1962 dan mendapatkan gelar Bachelor of Science degree untuk Kimia dan Biologi dari Tarleton State University in 1968, and Ph.D. dari Texas Woman's University di tahun 1972.

Pada tahun 1968, ia mempelajari kimia plasma di Texas Woman's University. Dr. Hughes-Fulford berkontribusi terhadap lebih dari 90 makalah dan abstrak pada penelitian tentang tulang dan kanker.

Terpilih sebagai payload specialist oleh NASA pada Januari 1983, Hughes-Fulford terbang ke luar angkasa pada Juni 1991 dengan STS-40 Spacelab Life Sciences (SLS 1), spacelab luar angkasa pertama yang didedikasikan untuk studi biomedis. SLS-1 mengangkasa sejauh 3.2 juta mil dalam 146 orbit dan krunya menyelesaikan sekitar 18 eksperimen dalam waktu 9 hari, membawa banyak data medis lebih dari penerbangan yang pernah dilakukan NASA. Misi ini berlangsung selama 218 jam, 14 menit, 20 detik.

Ia menjadi Principal Investigator (PI) pada seri eksperimen SpaceHab/Biorack yang menguji peraturan pertumbuhan osteoblast (sel tulang). Eksperimen ini dilakukan pada bulan Maret 1996 dalam STS-76, STS-81 in January 1997 dan STS-84 pada May 1997. Penelitian ini menguji akar permasalahan osteoporosis yang terjadi pada astronot di luar angkasa. Ia juga, bersama Dr. Augusto Cogoli dari Zurich, Switzerland menguji perubahan pada induksi gen T-cell pada penerbangan ruang angkasa dengan Soyuz TMA-9 pada September 2006.

Tracy Caldwell Dyson

lahir pada 14 Agustus, menerima gelar B.S. untuk kimia dari California State University di Fullerton (1993) dan Ph.D. untuk kimia dari University of California di Davis (1997).

Caldwell Dyson merancang, mengkonstruksikan dan mengimplementasikan electronic dan hardware dengan laser-ionization, spectrometer massa untuk mempelajari kimia fase gas di atmosfir. Disertasinya berfokus pada penyelidikan reaksi permukaan level molekular dan kinetika permukaan logam menggunakan spektroskopi elektron. Dia juga mendesain dan membangun komponen untuk variabel temperatur dari ultra-high vacuum scanning tunneling microscopy system. Pada 1997, dia menyelidiki reaksi dan kinetika sistem atmosfer menggunakan atmospheric pressure ionization mass spectrometry, Fourier transform infrared dan ultraviolet absorption spectroscopies.

Terpilih menjadi kandidat astronot NASA pada Juni 1998. Pada tahun 2000, dia diberi tugas menjadi Crew Support Astronaut untuk ISS Expedition 5. Antara ISS Expeditions 4 sampai 6, Caldwell Dyson juga berperan sebagai ISS spacecraft communicator (CAPCOM) di dalam Mission Control. Pada tahun 2003, ia ditugaskan untuk memverifikasi software penerbangan pada Shuttle Avionics Integration Laboratory (SAIL) dan pada Kennedy Space Center, Florida. Caldwell Dyson juga menjadi kepala CAPCOM untuk Expedition 11.

Caldwell Dyson bertugas menjadi Mission Specialist #1 di misi STS-118, Space Shuttle Endeavour, pada August 8–21, 2007. Menjelajahi 5.3 juta mil di ruang angkasa, misi STS-118 selesai dalam 12 hari, 17 jam, 55 menit dan 34 detik.

Pada 4 April 2010, Caldwell Dyson menjadi kru Expedition 23 menggunakan Soyuz capsule (Soyuz TMA-18). Setelah melakukan tugas selama 176 hari ia kembali ke Bumi dengan menggunakan Soyuz TMA-18 bersama commander Aleksandr Skvortsov dan flight engineer Mikhail Korniyenko, Dyson mendarat di Kazakhstan pada September 25, 2010.

Senin, 16 Mei 2011

Pratiwi Sudarmono


Saya baru tau kalau ada seorang wanita yang pernah akan menjadi astronot wanita pertama dari Indonesia waktu tahun 1986. Nama beliau adalah Pratiwi Sudarmono, lahir di Bandung dan mendapat gelar Master dari Universitas Indonesia pada tahun 1977, dan Ph.D. dalam Biologi Molekuler dari Universitas Osaka, Jepang, pada tahun 1984.

Space shuttle yang tadinya akan membawa Ibu Pratiwi ke bulan adalah Columbia, dengan kode misi STS-61-H.

Rencananya, penerbangan ini akan dilangsungkan pada 24 Juni sampai 1 Juli 1986, dengan susunan crew :

- Commander : Michael L.Coats (Engineer, Astronot- USA)

- Pilot : John Blaha (Fighter pilot-USA)

- Mission Specialist 1 : Anna L. Fisher ( Chemist -USA)

- Mission Specialist 2 : James F. Buchli (Engineer, Test Pilot – USA)

- Mission Specialist 3 : Robert C.Springer (Test pilot-USA)

- Payload Specialist 1 : Nigel Wood (Royal Air Force squadron leader – UK)

- Payload Specialist 2 : Pratiwi Sudarmono ( Microbiologist- Indonesia)

Back up crew :

- Payload specialist 1 : Richard Farrimond (UK)

- Payload specialist 2 : Taufik Akbar (Indonesia)

Misi ini adalah untuk membawa satelit komersial ke orbit, Skynet 4A (Inggris), Palapa B3 (Indonesia) dan Westar 6S. Tetapi berkenaan dengan tragedi Challenger pada Jan. 28, 1986, Semua penyebaran satelit komersial ke orbit oleh pesawat ruang angkasa dihentikan dan untuk beberapa tahun tidak ada astronot internasional yang dinominasikan kembali.

Skynet 4A akhirnya diluncurkan January 1, 1990 dengan menggunakan Titan III, Westar 6S berganti nama menjadi Galaxy 6 dan diluncurkan October 12, 1992 dengan menggunakan Arine 44L. Sedangkan Palapa B3 berganti nama menjadi Palapa B2P dan diluncurkan pada March 20, 1987 dengan menggunakan Delta-3920.

Saat ini Ibu Pratiwi masih menjabat sebagai wakil dekan Fakultas kedokteran Universitas Indonesia masa jabatan 2008-2012 dan beliau bergelut lebih jauh menjadi ilmuwan di bidang biologi molekuler.

Saat merangkum fakta fakta di atas, saya bingung antara bagaimana harus bersikap. Bangga, sebagai bangsa Indonesia tentunya karena ternyata pernah mengirimkan putera terbaiknya untuk akan diterbangkan ke luar angkasa. Saya tahu persyaratan dan pelatihan untuk menjadi astronot tidaklah mudah, apalagi untuk seorang wanita. Jadi kalau pada tahun segitu saja sudah ada wanita Indonesia yang diberikan kepercayaan NASA untuk menjadi astronot, saya juga gemes, apa iya sampai sekarang kita belum punya putera terbaik Indonesia lagi untuk dikirimkan ke luar angkasa sana?

Dan hey lihat, seorang ilmuwan juga bisa jadi astronot. Meski sayangnya anak anak sekarang mungkin hanya sedikit yang masih bercita cita tinggi kaya saya dulu, jadi astronot. Bukan mustahil, tapi ketinggian...Tapi kan kalo bermimpi jangan nanggung nanggung, asal tau resikonya kalau jatuh. Seorang chemist juga bisa jadi astronot, see.. meski kayaknya saya juga harus browsing artikel lagi buat mbuktiin beneran ada nggak chemist yang pernah jadi astronot ke luar angkasa beneran. :)

Tentu saya berharap saya masih hidup untuk punya kesempatan menyaksikan suatu saat nanti tentunya, salah seorang putera terbaik Indonesia menjadi astronot. Someday, somehow..


-Solo-

*Masih pengen jadi astronot

Sabtu, 30 April 2011

Me and Books

Saya bersyukur punya rumah yang bertebaran buku di mana-mana. Tidak semua ruangan sih, dapur dan kamar mandi serta loteng adalah wilayah bebas dari buku. Sedang sisa ruang lainnya selalu berceceran buku atau kertas-kertas tulisan atau majalah dimana-mana. Suami sebenarnya tipe yang suka kerapian, meski saya juga suka, tapi saya termasuk ibu-ibu yang rela memberikan waktunya untuk menata suasana rumah hanya di pagi hari. Maklum, punya seorang anak kecil bukan perkara mudah untuk membuat suasana rumah rapi, malah kalo rapi berasa ada yang kurang.

Orang-orang terdekat saya tahu, bahwa saya amat suka terhadap buku bacaan, saya punya banyak buku pelajaran di lemari 2x1 meter yang sejujurnya jarang saya baca. Hanya perasaan puas ketika melihat jejeran buku-buku itu di lemari saya. Untuk koleksi bacaan saya, suami menjadikan satu dengan koleksinya, meski dampaknya adalah suasana yang berjejalan dan bertumpukan. Lemari 2x1,5 meter masih kurang buat naruh itu buku-buku. Kayaknya kami butuh satu lemari lagi untuk menampung buku-buku yang kami beli akhir-akhir ini.

Saya bukanlah seorang yang selalu membeli buku baru setiap minggu atau setiap bulannya. paling cepat hanya 6 bulan sekali, meski dalam waktu itu saya bisa membeli sekaligus 5-6 buku. Tapi saya suka membaca, Papa bilang saya mewarisinya dari Mama. Mama adalah wanita yang suka sekali membaca, tiap bulan ia berlangganan majalah dan akibatnya saya juga ikut berlangganan sejak kecil. Bobo, Ananda, Hoplaa, adalah sedikit dari bacaan saya sewaktu kecil. Termasuk di dalamnya buku komik yang biasanya diberikan jika saya juara kelas.

Sampai sekarang, saya membiasakan anak saya untuk menyukai buku sejak kecil. Dari umur 4 bulan, saya sudah membelikannya buku dari kain yang bisa dia remas-remas sehingga nggak perlu khawatir digigit atau dikunyah kunyah sama dia. Setelah mulai bisa duduk, dia mulai saya belikan majalah dari kertas yang ada banyak gambar-gambar dan warna. Terkadang bahkan laporan ptugas praktikum saya ikut jadi korban. Tapi tak apa, beberapa buku mengijinkan untuk mengasah gerak motorik halus anak terutama saat ia membalik halaman buku. Meski demikian, untungnya Oryz bukan tipe pemakan segala, jadi buku-buku itu lebih sering ia robek robek daripada ia masukkan kemulutnya. Mungkin karena rasanya juga nggak enak kali ya. Sampai saat ini, buku dan majalah (dari kertas) koleksi Oryz baru memenuhi dua rak di lemari kotaknya, masih sedikit sih, tapi dia sudah mulai menikmati membaca buku atau majalah kesukaannya.

Sekarang setelah menjadi Ibu, saya bersyukur masih bisa meneruskan hobi membaca dan mengoleksi buku. Meski tidak selalu punya buku baru, kalau sudah kumat saya sering menyewanya dari rental, tentu dengan batas swaktu yang amat terbatas, contohnya Harry Potter atau buku-buku lainnya yang setebal kamus bahasa inggris-indonesia hanya bisa dipinjam selama 3 hari. Tentunya saya lebih suka mengamini deadline itu, karena daripada kena denda saya lebih suka uangnya untuk meminjam buku lainnya lagi. :p

Sekarang saya sedang belajar menulis. Ternyata merangkai cerita fiksi itu TIDAK MUDAH. Saya ulangi, tidak mudah. Susah untuk menentukan klimaks cerita dan endingnya, saya lebih suka menulis puisi meski nggak pernah diterbitin media. Hehehh.. Mungkin saya Cuma bisa menjadi pembaca yang baik daripada sebagai pembaca dan penulis cerita. Biarlah, tidak semua orang harus pintar membaca dan merangkai cerita kan?

Sabtu, 16 April 2011

Perempuan (saya) dan puisi

Hari ini ada acara di Balai Soedjatmoko, Jl. Slamet Riyadi, Solo. Diskusi tentang tema perempuan dalam puisi. Kemaren taunya juga karena diinformasikan sama mbak Iput dari Pawon Sastra. Tadi di suruh ngomong dikit sih, tapi karena saya juga baru pertama kali ikut kegiatan mereka, saya masih jadi pendengar dan pengamat dulu saja deh. Belum, saya belum siap untuk diskusi, secara ya, biasa diskusi tentang jurnal ilmiah di kampus, ato diskusi film di rumah sama ayah, tapi saya belum pernah ikut diskusi sastra. Apalagi yang temanya perempuan.

Gimana tadi kesannya? Saya terkejut sebenarnya, maklum saya tidak terbiasa menyimak secara langsung diskusi diskusi yang nyastra abis. Bahasanya bahasa sastra, yang di bahas pun juga tentang kesusastraan dan filosofi. Saya yang basicnya dari science enjoy, meski ada kata kata yang masih awam, ada juga yang bahasanya njelimet nggak to the point. Tatpi secara keseluruhan saya suka acara seperti ini, membuka cakrawala baru saya tentang para manusia sastra secara langsung, melihat dan mendengar mereka berdiskusi. Mungkin saya akan datang lagi kalo ada acara bginian.. ^^

Bagaimana puisi dalam keseharian saya sebagai perempuan?

Saya suka membaca dari kecil, meski demikian sya baru memulai menulis puisi ketika SMP. Yah walaupun satu satunya karya saya yang berhasil diterbitkan adalah ketika kelas 3 SMA, di majalah sekolah waktu itu. Dan Cuma sekali itu, karena saya juga nggak pernah menang lomba dan puisi saya juga belum pernah dimuat di media cetak lainnya.

Tapi saya masih tetap suka menulis puisi, saya memang tidak atau mungkin belum bisa disejajarkan dengan mbak-mbak dan mas-mas para sastrawan dan sastrawati yang telah menerbitkan buku puisi perempuan mereka atau antologi puisi mereka. Saya juga nggak berbakat nulis cerpen, karena repotnya saya nggak bisa menentukan klimaks cerpen itu sendiri. Saya masih golongan kasta rendah kalo di kelas kelaskan.

Blog saya juga tidak sering dibaca orang, kebanyakan hanya karena mencari artikel tertentu bukannya membaca hasil tulisan saya. Lalu kecewakah saya? Sejujurnya, tidak. Saya menulis memang untuk saya sendiri, puisi adalah identitas yang mampu menggandengkan saya dari alam imajinasi ke alam duniawi. Alam mimpi dan alam nyata. Cukupkah sampai disitu? Sejujurnya, siapa sih yang nggak mau karya sastranya dinikmati orang lain, dikritisi, dipuji, dicaci, dimaki.. Agar bisa menjadi karya yang lebih baik. Agar nantinya puisi menjadi lahan pembelajaran saya khususnya sebagai pencinta sastra.

Saya suka keduanya, membaca dan menulis. Sebagian besar tulisan di blog saya isinya puisi, sebagian lagi cerita saya, pengalaman saya yang mungkin memang nggak bisa dijadikan puisi, tapi lebih menceritakannya kepada pembaca secara langsung.

Lalu hubungannya saya sebagai perempuan?

Puisi adalah cara saya curhat. Tetntang hidup, tentang alam, tentang ritme keduniaan, tentang cinta, tentang kesedihan, tentang apa saja yang bisa saya ubah menjadi susunan kata. Beberapa orang menyukai puisi saya, tapi saya tahu bahwa banyak orang juga yang tidak menyukai puisi sya. Lalu kenapa? Manusia baik apapun jenis kelaminnya, saya rasa mereka berhak menyuarakan emosi mereka dalam bait puisi. Tanpa perlu dibanding-bandingkan, atau dikotak-kotakkan.

Saya sebagai individu lebih setuju bahwa di dunia puisi khususnya, tidak ada pemisahan gender. Ia tak serupa tapi sama. Masing-masing individu menyuarakannya dengan kekuatannya sendiri-sendiri, dengan ciri khas masing-masing penulis. Biar perempuan, kalau ia belum mampu, katakan saja belum, Biar ia lelaki pun juga begitu. Seperti yang dibahas tadi di diskusi, jika puisi itu adalah produk, biar konsumennya yang menilai siapa yang memiliki karya yang baik dan mana yang kurang.

Toh masing-masing orang diperbolehkan memiliki pandangan yang berbeda dalam menanggapi sebuah puisi.

-Solo-

160411

Jumat, 15 April 2011

Pacaran ya?? Hmmm.. *mikir*

Seorang temen gw lagi stress mikirin hubungan dia sama temen cowoknya. Seperti itulah jatuh cinta, hey gw ngga akan boong dengan mengatakan gw ga pernah pacaran. Yaa, sepanjang perjalanan hidup gw, sayangnya gw pernah pacaran beberapa kali. Dan gw tau banget dilema yang lagi dirasain temen gw tersayang itu. Pengen mutusin, tapi entar gimana kalo dia terjerumus yang nggak baik, pengen dilanjutin tapi sejujurnya tau kalo hubungan ini nggak bener.

Terus?

Yaa, kalo dulu saat gw punya permasalahan seperti ini, guru ngaji gw (saat itu gw masih ikut Rohis di SMA) memberikan statement keras : Buat apa ikut pengajian kalo masih pacaran??

Jlebb. Sial, gw memang orang yang keras kepala, tapi kalo digituin sama guru gw sendiri yaa.. gw pasti mikir berkali kali buat ngelanjutin hubungan ini. Ynag lebih parah, saat itu cowok gw juga pake ngancem mau terjun ke hal-hal negatif. Contohnya ya ngedrugs, mabok2kan, dll deh, semacamnya gitu. Dan gw takut banget kalo nanti terjadi kenapa kenapa sama dia, malah gw yang disalahin : ini gara gara kamu yang memutuskan hubungan dengan X (Sebut saja dia X ya).

Apalagi gw dulu punya ketergantungan tinggi sama X, Berangkat dan pulang sekolah biasanya bareng, ada kajian biasanya dianterin (ironis banget ga segh..). Ya, hubungan pacaran klasik yang nggak asyik sih sebenernya.

Lalu kenapa gw nekad mutusin dia?

Selain karena omongan guru ngaji gw, yang saat itu begitu gw sayang. Juga hasil pengomporan temen-temen Rohis yang semangat banget buat gw ajak diskusi. Ya, kalo emang jodoh nggak akan ke mana kok Vin. Begitu biasanya mereka bilang. Gw percaya banget itu, Tuhan udah nentuin jodoh kita dan Dia pasti memilihkan dan memberikan yang terbaik buat kita. jadi kalo kita maksa maksa cowok lain buat jadi cowok kita, gimana donk dengan keputusan Tuhan tadi?

Lagipula kalo X akhirnya berujung dengan akhir yang kelam, gw ga bisa di salahkan donk. Itu kan hidup hidup gw, hidupnya dia ya hidupnya dia. Kita sudah sama sama dewasa dan mengerti resikonya, jadi ketika mengambil suatu keputusan, yg harus dilakukan kemudian adalah memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi ketika kita mengambil tindakan itu.

Ribet?

Ya, keliatannya ribet. Apalagi gw saat itu tinggal jauh dari orang tua dan gw butuh banget orang untuk menyemangati gw. Alasan klasiknya adalah : kalo ada X di sisi gw, gw ngerasa bisa ngelakuin apa aja, prestasi belajar gw meningkat, gw mau ikut pengajian, dll gitu lah. Tapi kepikir2 lagi, gw akhirnya sadar, tanpa dia pun gw tau gw sanggup ngelakuin itu. Tuhan ada sama gw, dan gw Cuma butuh keyakinan itu. Jadi buat apa ngarepin dia sebagai penyemangat gw? Bentuk nyata? Gw Cuma perlu nempelin poto-poto temen2 gw, kampus idaman gw (saat itu masih Ganesha, meski sekarang ujungnya gw ga pernah daftar di sana). Cuma itu.

Lalu gimana kalo begini, begitu, ya namanya resiko memang harus dipikirkan. Tapi apapun yang terjadi, saat itu gw tau gw harus mutusin dia sebelum lebih jauh lagi kita melangkah. And that’s it. Sebuah pertemuan singkat, dan setelah itu memang perlu waktu buat ngelupain dia. Tapi gw punya banyak banget teman2 cowok, cewek yang nyemangatin dan nasihatin gw, sampe gw bisa ngelupain X sebagai pacar gw. Sekarang? Gw percaya takdir Tuhan itu berjalan, dan akhirnya gw ga nikah sama dia. Gw nikah sama seorang suami yang bersamanya gw bisa menjadi diri gw apa adanya. Slengean, nggak bisa masak, nggak pinter ngurus rumah, tapi itulah gw. Hahaha. Dan gw tau, Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita, apalagi kalo kita memintanya. J

Terus gimana pandangan gw sama orang-orang pacaran saat ini?

Gw sih masa bodo. IDL, Itu sih derita lw!!

Sebagai seseorang yang sudah dewasa, segala konsekuensinya pasti sudah harus lw perhitungkan dengan masak2 kan? Termasuk kemungkinan terburuknya, yaitu putus padahal lw udah kasih segalanya ke pacar lw. But that’s life, Guys. Mau dikasih warna apa itu hidup lw sendiri, it’s your choice..

Saran gw sekarang? Ajak nikah pacar lw. Rejeki itu Tuhan yang atur, Tuhan yang ngasih kalo lw mw nyari. Nikah itu halal loo.. J

Kalo ga ada niat nikah, ngapain lw pacaran?

Hitam #2

Tak ada yang pernah menaruh luka di hati
Pun saat maut mendekati jiwamu
Jiwa kita yang lunas sengsara dan kecewa

Bagiku hadirmu menerangi dunia
Denganmu aku merasa sama
Tanpa membandingkan siapa yang suci
Siapa yang lebih wangi

Kita terduakan dari semesta yang pilu
Dan waktu yang menggoreskan abu-abu di bayangan kita
Serta nestapa yang menjadi surga lara

Meski para suara itu tahu mereka butuh kita
Pucuk-pucuk langit yang kelam
Untuk menegaskan putih mereka yang merintih
Perih

Kecupan dingin adalah permata dalam sukma
Atau angkara yang berakhir dengan air mata

Kau dan aku adalah lonceng-lonceng kedamaian
Yang sepi, yang datang dari nurani
Dan setia bahkan hingga pagi


-Solo-
110411

Jumat, 08 April 2011

Dreams

Terkadang, memang dibutuhkan “panas” agar sebuah electron mau keluar dari tempatnya. Begini, terkadang saya membandingkan kehidupan saya dengan teman-teman yang saya kenal. Biasanya lewat fb karena di sanalah gaya hidup itu dimulai. Sekitar setahun yang lalu, saudara jauh yang seumuran dengan saya, meski dia laki-laki, ikut program pertukaran pelajar di Jepang. Lalu hampir setengah tahun ini, seorang sahabat saya bersekolah di Filipina. Beberapa teman saya juga sering menghabiskan liburan di luar negeri, terkadang saya as human being juga tetep terkompori pengen banget ke luar negeri. Sebut saja, mereka ke Singapura, Thailand, USA, Paris, dan yang kemaren berangkat buat pelatihan, Pembimbing skripsi saya, ke Jerman.

Salahkah kalau saya juga pengen ke luar negeri? Sedangkan di sekitar saya banyak banget orang-orang yang saya kenal yang masih punya kesempatan ke luar negeri, untuk belajar khususnya. Beberapa dosen saya yang kuliah lagi di Jerman, di Australia, Inggris, seringkali menceritakan pengalaman itu ke saya. Apalagi saya yang biasanya juga tontonannya tv kabel, ruang lingkupnya sudah bukan Indonesia lagi, tapi Internasional. Akhirnya, banyak cerita atau kisah kisah yang saya tonton, menceritakan kehidupan di luar Indonesia.

Bukan berarti saya tidak cinta Negara saya sendiri, saya tahu kalau untuk wisata, Bunaken atau Gunung Bromo juga sudah cukup memuaskan hati saya. Maklum, saya bukan tipe wanita shopaholic, saya tipe wanita yang lebih suka petualangan alam. Sedangkan untuk pendidikan, beberapa orang mungkin sudah puas dengan tembus universitas bergengsi di Indonesia. Sebut saja 2 nama beken, UI dan ITB. Tapi kalau untuk jenjang Internasional, siapa sih yang nggak mau kuliah di luar negeri? Di bayarin lagi..

Seorang sahabat SMA saya, saat ini sedang mengikuti kuliah di Jepang, program WJC setengah tahun. It sounds great to me, secara syarat beasiswa itu nggak main2. TOEFLnya harus minimal 500. Dan harus tahu bahasa jepang pula, because as we know, Orang orang Jepang sangat mencintai kebudayaannya, termasuk bahasa pengantarnya juga, bahasa Jepang.

Seperti yang pepatah bilang, ada kemauan selalu ada jalan. Kalau sudah ngayal ke luar negeri gini, maka yang aku lihat terkadang teman-teman atau saudaraku yang masih belum beruntung. Yang sekolahnya berhenti sampai SMA, lalu mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Sebab baginya, tak ada lagi kesenangan untuk diri pribadinya, apalagi mau sekolah di negeri orang. Atau berkaca pada kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada saya, sebagai manusia yang sangat sangat biasa. Jangan hitung yang besar besar, terkadang nikmat sederhana seperti udara, air yang kita minum, bintang yang bergemerlapan di malam hari, angin yang bertiup sepoi sepoi, itu adalah nikmat yang sangat besar yang tak jarang kita lupakan.

Kalau sudah begini, terkadang untuk bersyukur saya masih melihat ke bawah lagi, meski seringnya tidak tega.

Seperti petuah yang sering saya denger, kalau untuk bersyukur lihatlah terus ke bawah,Na. Kalo untuk bermimpi, lihatlah ke atas, menggapai langit. Meski jatuh itu sakit, tapi kau akan punya pengalaman untuk mendewasakan dirimu, jangan takut mencoba sesuatu yg lebih baik. Sebab ketika Allah berkehendak, tak ada yg tak mungkin.

Jadi nggak salah kan kalau saya juga pingin sekolah di luar negeri...

-Solo-

Ketika satu lagi teman studi ke Jepang

Selasa, 05 April 2011

Aku dan MIR

Hari ini ikut seminar ala wali murid di sekolahnya Oryz. Sekalian nerima hasil MIR (Multiple Intelligences Research) punya Oryz. Awalnya biasa, sedikit pengenalan ke orang tua tentang Manfaat MIR. Bahwa untuk melihat potensi belajar anak, kita harus tahu anak ini tertariknya lewat apa. Apa kecerdasan visualnya yg lebih tinggi, atau kinetis, atau musik, dsb lah. Jadi kita bisa mengajari anak dengan caranya masing-masing.

Sebenernya rada terpesona juga waktu nerima materi, soalnya yang bawain acara juga konyol, interaktif juga sih dengan pesertanya. Tapi begitu aku tahu bahwa kecerdasan itu berkembang, alias bersifat dinamis, aku jadi mikir. Apalagi setelah dinyatakan oleh Bapak pembicara, kalo MIR itu datanya selalu bisa berubah minimal 6 bulan sekali. Berarti harusnya anak saya di lakukan MIR tiap 6 bulan sekali donk. Dan itu juga belum tentu konsisten. Contohnya, Oryz di MIR akhir bulan desember, pembagian hasil ini bulan april. Dalam hasil ditulis kecerdasan musik Oryz di peringkat 7, 2 dari terakhir, padahal sekarang ini Oryz lagi seneng banget nyanyi. Karena waktu pemberian materi di seminar itu juga dikasih tau beberapa ciri tentang masing masing keunikan kecerdasan multiple itu.

Kecerdasan musik itu diantara ciri cirinya adalah seneng nyanyi, seneng ikutin orang nyanyi, seneng dengerin musik, bersenandung, sampe ngerubah sendiri teks lagunya. Oryz juga lagi dalam fase ini, meski aku tadi juga nggak tanya ke bapak penceramah, karena aku tahu pasti jawabannya. Multiple intelligences itu berubah ubah terus, bu. Pasti gitu jawabnya. Lalu gimana donk, sedang hasil testnya aja butuh waktu 3 bulan buat di print out. Keburu berubah lagi donk hasil MIRnya.

Terus gimana? Hei, saya tidak menyalahkan test MIR, karena seperti yang kita tahu, kecerdasan manusia itu fluktuatif. Berkembang. Meski saya rasa kalo yang satu berkembang, bukan tidak mungkin yang lain menyusut. Terus gimana mensiasati mengoptimalkan golden age si anak?

Kalau saya boleh kasih saran. Sebagai orang tua, kita harus sering mengamati kebiasaan si anak. MIR itu kan alat bantu orang tua dan guru untuk mengenal dan memasuki dunia anak agar bisa menyisipkan dan mengoptimalkan kecerdasan mereka. Berarti kita harusnya tahu apa saja yang menjadi ciri-ciri dari 8 MI itu. Misalnya, kalo Kecerdasan linguistik ciri cirinya cerewet, seneng ngomong apaa aja (gw bangeeet), kalo kinetis cirinya ngga bisa diem alias geraak mulu, jumpalitan di atas kasur, lari lari, main bola. Terus kalo kecerdasan alam cirinya suka dengan hewan, suka kasih nama hewan, tumbuhan. Kecerdasan intrapersonal, suka melamun, pendiam, suka nangis juga sih tadi si Bapak bilangnya. Kecerdasan interpersonal, suka berhubungan dnegan orang lain, suka bergaul, senengnya maiin sama temennya.

Nah, kalo kita sudah tau ciri ciri dari kecerdasan anak, maka sebaiknya ketika kita tahu si anak itu paling senengnya ngapain, maka lewat pintu itulah kecerdasannya ditingkatkan. Jadi kita ngga perlu nunggu hasil MIR yang sampai 3 bulan baru bisa keluar, karena biar bagaimanapun juga. Orang tua seharusnya paling paham kebiasaan anak. Atau kalo orang tua ternyata juga ngga tau, si mbaknya yang sering menghabiskan waktu dengan si anak, mungkin lebih tau dari pada orang tua. No offense, demi kebaikan si anak, yang mana ahli waris kita, kesampingin dulu itu ego. Jadilah orang tua yang mau menerima masukan dari orang orang terdekat si anak. Jadi kita bisa menempatkan pintu masuk ”kecerdasan” itu dengan tepat. Yaa, kalo salah, itungannya nggak salah salah banget lah.

Maaf kalo merasa ada yang ngga setuju dengan tulisan ini, ini hanya pendapat saya sebagai ibu muda biasa. Bukan ahli yang punya background psikologi apalagi bergaul dnegan banyak anak anak kecil golden age. Nggak, saya lebih suka mengamati orang daripada bergaul dengan orang. Susah ya. ^^”

Sekian, semoga pendapat saya ini bisa bermanfaat. J

-Solo-

Sambil ngetweet, nyimak film, ngeblog dan diskusi tulisan. What a colorful life.

:D

Sabtu, 02 April 2011

Cerita cintanya si cinta

Emang susah kalo udah mbahas yang namanya cinta. Semuanya bermula dari tragedy teman-teman yang sering banget ditinggal nikah sama orang yang dia senengin. No offense, meski gw juga pernah ninggalin cowok, tapi gw gak tau gimana rasanya ditinggal nikah sama orang yang kita sukai.

Tersebutlah Cinta, sobat deket gw yang baru aja mengalami trauma patah hati. Sial, dia udah ngefans banget sama si cowok, meski endingnya berakhir sedih karena si cowookk ternyata memilih wanitaa lain untuk dilamar, bukannya temen gw yang udah lebih dari 3 tahun memendam rasa sama si cowok.

Sebenernya dari awal, gw juga udah ragu sama si cowok. Cowok itu sama aja ke mana mana. Sok jual mahal, giliran ngerasa rada mahal dikit, dia ngilang. Damn. It’s hurt, dont they know about it?

Temen-temen gw yang akhir cerita asmaranya nggak berakhir indah, biasanya Cuma bisa nangis sesenggukan, mungkin kaya adegan adegan di Bollywood yang pake settingan ujan ujan sambil nyanyi nyanyi duka. How can I life without you? Parah. Meski pernyataan itu harusnya berbunyi:

Gue bisa hidup tanpa lw, TAPI GW NGGA mau hidup tanpa elu disisi gw.

Tapi begiitulah manusia, iya kan? Mereka-mereka yang ngakunya trauma karena cinta, belum ada itungan bulan juga akhirnya menemukan seseorang lain untuk menggantikan posisi orang yang udah ninggalin luka di hati mereka. Liat aja, temen gw habis ditinggal nikah ceweknya akhirnya malah punya banyak banget stok cewek untuk dipermainkan diam-diam (meski endingnya ketauan juga). Atau temen gw yang lain, akhirnya juga punya cowok-cowok calon pedekate yang keliatannya akan bisa membuat dunianya kembali berseri-seri lagi.

Cinta itu rumit. Nggak salah kalo ada ungkapan mati satu tumbuh seribu. But that’s true, that’s absolutely true. Cinta itu nggak ada ujung meski ada pangkalnya. Ngaliiiiir mlulu seperti air, kadang melawan arus, kadang searah arus. Bisa jadi nasibnya kaya gw, meski udah nikah, masih aja dapet pengalaman cinta hasil pretelan curhat dari temen-temen deket gw.

Terus inti tulisan ini?

Kalo ditinggal pacar lw nikah, keep move on, Guys. Cowok ato cewek yang lw suka itu bisa jadi nggak bener2 suka sama lw. Ato bahasa halusnya, masih akan ada cewek ato cowok lain yang suka sama lw melebihi mantan lw yang kejem itu. Dunia nggak sekejam itu kok, Trust me. Maybe, you just need a little while to be a JOMBLOER. And that’s not false at all.

Keep smile, sayang. Meski air mata lw udah bikin lw nangis semalem suntuk kayak pagelaran wayang

Kamis, 31 Maret 2011

Scheherazade dan Arrabian nights

Kemarin nonton Leverage Season 3. Didalemnya ada musik indah yang judulnya Scheherazade. Saking penasarannya, saya coba cari di internet kisah tentang 1001 malam yang melegenda ini. Dan ketemu. :D Saya ceritain ya...


Alkisah, Raja Persia yang bernama Pangeran Shahrayar mendapati istri pertamanya berselingkuh di belakangnya. Hal ini sangat menyakitkan dan membuatnya menjadi pangeran jahat dan melakukan balas dendam. Sang istri dibunuh. Selain itu balas dendam berikutnya adalah, dia menikahi seorang wanita yang masih perawan setiap malam dan esok paginya, memenggal kepala si pengantin perempuan. Pembunuhan wanita-wanita muda ini berlangsung selama 3 tahun. Hingga suatu ketika, Scheherazade, wanita muda, pintar dan berbakat memutuskan untuk menikahi sang pangeran dengan maksud untuk mengubah sifat jahatnya.

Scheherazade adalah anak perempuan dari penasihat Pangeran Shahrayar. Namanya yang indah memiliki arti: daughter of the city. Tentu saja ayahnya keberatan mengetahui niat putrinya hendak menikahi sang pangeran yang terkenal jahat karena membunuh setiap wanita yang menjadi istrinya. Namun Scheherazade berkeras ingin menikahi sang pangeran, karena ingin mengubah sifatnya. Apabila dia bisa mengubah sifat pangeran, hidupnya akan selamat, namun apabila tujuannya gagal, maka nasibnya akan sama dengan wanita lainnya, menemui ajal.

Pada malam pernikahan mereka, Scheherazade menuturkan kisah dongeng yang sangat menarik perhatian Pangeran Shahrayar, dongeng itu penuh dengan kisah petualangan, humor, romantis, terkadang kisah menegangkan. Dongeng itu dituturkan oleh Scheherazade dengan bahasa yang indah dan memukau. Namun tiap menjelang matahari terbit, Scheherazade menghentikan dongengnya tepat di suatu titik yang membuat penasaran. Alhasil, Pangeran Shahrayar menunda hukuman mati bagi istrinya, Scheherazade, supaya sang istri bisa meneruskan dongengnya pada malam berikutnya.

Hal ini berlangsung hingga 1001 malam. Berarti sudah sebanyak 1001 kisah yang dituturkan Scheherazade (mungkin dari sinilah muncul istilah, kisah 1001 malam).

Dari sini muncullah kisah-kisah tentang jin, magic, dan tempat-tempat legendaris. Beberapa diantara kisahnya mungkin sudah sering kita dengar seperti cerita tentang Harun Al-Rasyid, Ja’far dan Abu Nawas, Kisah tentang Aladin dan Sinbad. Scheherazade mempelajari banyak legenda, sejarah dan cerita- dan cerita tentang Raja sebelumnya dan manusia pada umumnya. Dia telah belajar banyak tentang puisi, filsafat, seni, dan ilmu-ilmu. Tidak hanya dia banyak membaca, tetapi juga dibesarkan dengan baik, sopan, dan menyenangkan untuk semua yang ditemuinya.

Kisah-kisah manis yang dituturkan Scheherazade setiap hari ternyata mampu melunturkan sifat jahat sang pangeran. Kesabaran dan kemahiran Scheherazade merangkai kata ternyata mampu mengembalikan Pangeran Shahrayar yang jahat dan lalim, kembali menjadi pangeran yang baik, bijaksana, murah hati dan penuh cinta kasih. Kisah sebanyak 1001 itu berakhir dengan kembalinya cinta sejati sang pangeran.


-Dari berbagai Sumber-

Selasa, 08 Maret 2011

Yudisium Jurusan Kimia MIPA UNS

Diurus pada tanggal 8 Maret 2011, awas, penanggung jawab masing masing Sub bisa saja berganti sewaktu-waktu, cari tau sendiri yak. :D

Kalau skripsi sudah siap dibagikan :

1. Ambil/ minta form yudisium jurusan dari Mbak Imah. Diisi dan dilengkapi.
2. Skripsi nanti diserahkan ke 6 orang, jangan lupa waktu ngasihin skripsi sekalian dimintain tandatangan di form yang ada : SURAT KETERANGAN telah diterima 1 eksemplar skripsi, bla bla bla

a. Pembimbing I : Biasanya sama CD juga

b. Pembimbing II : Tergantung permintaan

c. Jurusan : Ke bu Lina, bilangnya mau menyerahkan skripsi ke jurusan. Terus nanti di bawa satu skripsinya diparaf bu lina, jangan lupa dimintain tandatangannya di surat keterangan menerima skripsi. Terus nanti skripsinya dibawa ke mbak Imah.

d. Perpus fakultas : Sekalian ngurus surat bebas
Syarat surat bebas perpus fakultas :
- Ngisi http://digilib.mipa.uns.ac.id
- Klik upload penelitian
- Dilengkapi kolomnya
- File upload yang PDF berupa Halaman pengesahan, Abstrak, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka
- Bayar 5000
- Jangan lupa CD nya

e. Perpus pusat : sekalian ngurus surat bebas
Syarat surat bebas perpus pusat:
- Fotocopy surat bebas perpus fakultas 1 lembar
- Skripsi hardfile dan CD
- Menunjukkan karmas
- Mengembalikan kartu anggota perpus pusat
- Ngisi formulir

f. Lab. Pusat : Kalo akses, biasanya dimintain hardfilenya atau di lab biologi biasanya soft filenya juga nggak apa apa.

3. Ngurus surat bebas Lab Dasar : ke Mas Anang dulu, ngurus administrasi, balikin alat, mengosongkan loker. Terus nanti dapat surat bebas lab dasar. Nah surat itu nanti dibawa ke Pak Iip waktu minta tandatangan surat bebas laboratorium jurusan kimia yang ada di form yudis.jurusan

4. Surat keterangan penyerahan CD dan publikasi :
Ngasihkan CD yang isinya Folder Abstrak, KMM, Skripsi (full jadi satu juga gak apa apa, kalo bisa jadi PDF), Seminar Hasil (wordnya), ama Presentasi (proposal, semhas dan pendadaran).
Untuk poster, 100x75 cm. Isinya Judul, nama , nim, jurusan, fakultas, universitas. Nama pembimping I dan II. Abstrak Indonesia Latar belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, metodologi, alat bahan, cara kerja, teknik pengumpulan data, hasil pembahasan, kesimpulan saran

5. Surat sumbangan buku ke jurusan itu ditandatangani Bu Nestri, bayarnya 100.000 rupiah

6. Surat bebas perpustakaan jurusan kimia ditandatangani Pak Edi Pramono. Syaratnya udah upload penelitian di digilib MIPA.

7. setelah form yudisium jurusan telah dilengkapi dan ditandatanganin dilampirkan juga fotokopi surat bebas perpus fakultas dan fotokopi surat bebas perpus pusat, juga fotokopi surat bebas laboratorium pusat.

8. Kalau sudah siap semua, maju ke bu Lina, direkap dan ditandatanganin beliau terus ke pak sentot. Terus kesemuanya dikopi 1x terus baru di cap Mbak Imah. Yang ke Mbak imah yang potokopian aja, soalnya yang asli buat yudisium fakultas.

9. Minta syarat2 yudisium fakultas di pendidikan gedung A.

10. Dilengkapi. Untuk ambil nilai skripsi ke bu Lina. Nggak ada syarat apa apa, kecuali.. kamu sudah dinyatakan lulus waktu pendadaran.

CHROMIUM (VI) CATIONS REDUCTION BY TiO2-SiO2 COMPOSITE PHOTOCATALYST

CHROMIUM (VI) CATIONS REDUCTION BY TiO2-SiO2 COMPOSITE PHOTOCATALYST


ALVINA KUSUMA AYUNINGTYAS

Department of Chemistry, Faculty of Mathematic and Science,
Sebelas Maret University


ABSTRACT


Composite TiO2-SiO2 has been synthesized using sol-gel process with starting materials TiCl4 and Na2SiO3. The purposes of this research were to know the effect of composite composition, pH solution and UV radiation time for reduced Chromium (VI) cations. The identification and characterization of composite were done by infrared spectroscopy (IR) and X-Ray Diffraction. Condition of Chromium (VI) reduction by composite TiO2-SiO2 were carried out with variation of composite TiO2-SiO2 concentration or the ratio Ti:Si were 1:0,1 ; 1:0,5 ; 1:1 ; 1:1,5 ; 1:2. Variation of pH solution in 3,0; 3,5; 4,0; 4,5; 5,0; 5,5; 6,0; 6,5; 7,0 and variation of UV radiation times in 2, 4, 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48 hours.
The result showed that XRD characteristic of TiO2-SiO2 composite showed 2 peaks at 22.94 degrees and 36.24 degrees. IR characteristic of TiO2-SiO2 showed absorption of Ti-O-Si in the wave number 962 cm-1. The optimum reduction of Chromium (VI) cations using TiO2-SiO2 composite in Ti:Si = 1:1 composition, pH 3 and with 18 hours radiation times.

Keywords:
Composite TiO2-SiO2, reduction of Chromium (VI), SiO2 concentration, pH, and radiation time