Hari ini upacara penerimaan siswa baru. Kamu bertugas menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera. Tentu saja pas, kamu putih, tinggi, langsing, dan cantik. Sepertinya semua mata sedang mengamatimu, termasuk mataku.
Sebenarnya sudah sering aku melihatmu di dekat rumah, kamu siswa pindahan dari Jakarta yang sering dibicarakan Ibuku. Tapi aku belum menemukan momen yang tepat untuk berkenalan denganmu, terlebih aku kakak tingkatmu. Gengsi donk, kalau aku ngajak kenalan duluan? Tapi hari ini, sepertinya aku harus lebih dulu mengenalmu sebelum teman-temanku mendahului.
Upacara selesai, diam-diam aku mengikuti langkahmu. Ternyata kamu masuk kelas X.9, Tepat di depan kelas Rena, gebetanku. Sial, aku memaki dalam hati.
Bel masuk berbunyi, aku kembali ke kelas. Sepanjang pelajaran, aku masih memikirkanmu. Pokoknya aku harus mengenalmu hari ini. Sebuah ide muncul di kepalaku, mungkin nanti aku bisa mengajakmu pulang bareng. Aku tersenyum penuh kemenangan.
Pulang sekolah, aku gagal menemukanmu. Kata Jo, teman sebangkuku, kamu sudah pulang bareng seorang teman satu kelasmu. Teman cowok! Ah, alangkah tidak beruntungnya aku. Hari ini aku terpaksa pulang bareng Rena, sepanjang perjalanan dia terus mengoceh ini itu yang tidak terlalu aku perhatikan. Jika tadi aku gagal, sore ini aku harus berhasil. Mungkin aku akan datang ke rumahmu mengajak berkenalan.
Sore datang, aku sudah berpakaian keren dan wangi. Ibu saja sampai tersenyum mencium harumku, aku berpamitan akan pergi ke rumahmu. Motor aku nyalakan, lalu aku bersiul riang berangkat. Telepon genggamku berbunyi, sebuah pesan masuk.
Mas, kamu lagi di rumah nggak? Aku mau main ke rumahmu sekarang, ya? – Rena.
Ah, dia lagi, batinku, aku meminggirkan motorku, lalu membalas dengan enggan.
Aku nggak di rumah, ada acara penting.
Biar, mulai sekarang aku akan mengabaikannya. Aku ingin mendapatkanmu. Biar nanti kulepas Rena dari sisiku.
Aku mengetuk pintu rumahmu, ibumu yang membuka.
“Selamat sore, tante..”
“Selamat Sore, mau cari siapa ya?”
Sial, aku belum tau siapa namamu!!
“Saya.. em.. saya disuruh Ibu mengantarkan ini untuk Tante.”, aku menyerahkan senjata pamungkasku. Sekantung plastik mangga yang tadi aku petik dari pohon di depan rumahku.
“Oo.. silakan duduk, nak. Siapa namamu?”
“Saya Bintang, Tante.. Rumah saya di dekat pasar, Saya putranya Bu Dewi”, aku bersalaman dengan Ibumu.
“Ow, Bu Dewi yang rumahnya berpagar biru itu ya?"
"Iya, Tante.."
"Sebentar ya, duduk dulu, Nak.”
Saat itu aku melihatmu keluar membawakan gelas berisi teh, untukku sepertinya.
“Halo, siapa namamu?”, kataku dengan senyum jitu.
Dari balik pintu, aku melihat kejutan tak terduga. Itu Rena, pacarku. Sedang apa dia disini???
“Aku Nadia.”, kamu mengajakku bersalaman.
Dengan ragu aku balas menjabat tanganmu, sambil melirik pada pacarku.
“dan ini Rena, sepupuku. Siapa namamu?”, tanyamu.
“Aku…”, aku diam.
“Dia Bintang. Pacarku.”, sahut Rena menohokku. Hancur sudah harapanku mengenalmu lebih jauh.
@alvina13 #15HariNgeblogFF hari pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar