Jumat, 15 April 2011

Hitam #2

Tak ada yang pernah menaruh luka di hati
Pun saat maut mendekati jiwamu
Jiwa kita yang lunas sengsara dan kecewa

Bagiku hadirmu menerangi dunia
Denganmu aku merasa sama
Tanpa membandingkan siapa yang suci
Siapa yang lebih wangi

Kita terduakan dari semesta yang pilu
Dan waktu yang menggoreskan abu-abu di bayangan kita
Serta nestapa yang menjadi surga lara

Meski para suara itu tahu mereka butuh kita
Pucuk-pucuk langit yang kelam
Untuk menegaskan putih mereka yang merintih
Perih

Kecupan dingin adalah permata dalam sukma
Atau angkara yang berakhir dengan air mata

Kau dan aku adalah lonceng-lonceng kedamaian
Yang sepi, yang datang dari nurani
Dan setia bahkan hingga pagi


-Solo-
110411

1 komentar:

  1. aku suka puisi....baca dan (sedikit) menulis...beneran puisi bunda bagus....aku suka..

    BalasHapus