Tak ada yang pernah menaruh luka di hati
Pun saat maut mendekati jiwamu
Jiwa kita yang lunas sengsara dan kecewa
Bagiku hadirmu menerangi dunia
Denganmu aku merasa sama
Tanpa membandingkan siapa yang suci
Siapa yang lebih wangi
Kita terduakan dari semesta yang pilu
Dan waktu yang menggoreskan abu-abu di bayangan kita
Serta nestapa yang menjadi surga lara
Meski para suara itu tahu mereka butuh kita
Pucuk-pucuk langit yang kelam
Untuk menegaskan putih mereka yang merintih
Perih
Kecupan dingin adalah permata dalam sukma
Atau angkara yang berakhir dengan air mata
Kau dan aku adalah lonceng-lonceng kedamaian
Yang sepi, yang datang dari nurani
Dan setia bahkan hingga pagi
-Solo-
110411
aku suka puisi....baca dan (sedikit) menulis...beneran puisi bunda bagus....aku suka..
BalasHapus