Jumat, 08 April 2011

Dreams

Terkadang, memang dibutuhkan “panas” agar sebuah electron mau keluar dari tempatnya. Begini, terkadang saya membandingkan kehidupan saya dengan teman-teman yang saya kenal. Biasanya lewat fb karena di sanalah gaya hidup itu dimulai. Sekitar setahun yang lalu, saudara jauh yang seumuran dengan saya, meski dia laki-laki, ikut program pertukaran pelajar di Jepang. Lalu hampir setengah tahun ini, seorang sahabat saya bersekolah di Filipina. Beberapa teman saya juga sering menghabiskan liburan di luar negeri, terkadang saya as human being juga tetep terkompori pengen banget ke luar negeri. Sebut saja, mereka ke Singapura, Thailand, USA, Paris, dan yang kemaren berangkat buat pelatihan, Pembimbing skripsi saya, ke Jerman.

Salahkah kalau saya juga pengen ke luar negeri? Sedangkan di sekitar saya banyak banget orang-orang yang saya kenal yang masih punya kesempatan ke luar negeri, untuk belajar khususnya. Beberapa dosen saya yang kuliah lagi di Jerman, di Australia, Inggris, seringkali menceritakan pengalaman itu ke saya. Apalagi saya yang biasanya juga tontonannya tv kabel, ruang lingkupnya sudah bukan Indonesia lagi, tapi Internasional. Akhirnya, banyak cerita atau kisah kisah yang saya tonton, menceritakan kehidupan di luar Indonesia.

Bukan berarti saya tidak cinta Negara saya sendiri, saya tahu kalau untuk wisata, Bunaken atau Gunung Bromo juga sudah cukup memuaskan hati saya. Maklum, saya bukan tipe wanita shopaholic, saya tipe wanita yang lebih suka petualangan alam. Sedangkan untuk pendidikan, beberapa orang mungkin sudah puas dengan tembus universitas bergengsi di Indonesia. Sebut saja 2 nama beken, UI dan ITB. Tapi kalau untuk jenjang Internasional, siapa sih yang nggak mau kuliah di luar negeri? Di bayarin lagi..

Seorang sahabat SMA saya, saat ini sedang mengikuti kuliah di Jepang, program WJC setengah tahun. It sounds great to me, secara syarat beasiswa itu nggak main2. TOEFLnya harus minimal 500. Dan harus tahu bahasa jepang pula, because as we know, Orang orang Jepang sangat mencintai kebudayaannya, termasuk bahasa pengantarnya juga, bahasa Jepang.

Seperti yang pepatah bilang, ada kemauan selalu ada jalan. Kalau sudah ngayal ke luar negeri gini, maka yang aku lihat terkadang teman-teman atau saudaraku yang masih belum beruntung. Yang sekolahnya berhenti sampai SMA, lalu mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Sebab baginya, tak ada lagi kesenangan untuk diri pribadinya, apalagi mau sekolah di negeri orang. Atau berkaca pada kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada saya, sebagai manusia yang sangat sangat biasa. Jangan hitung yang besar besar, terkadang nikmat sederhana seperti udara, air yang kita minum, bintang yang bergemerlapan di malam hari, angin yang bertiup sepoi sepoi, itu adalah nikmat yang sangat besar yang tak jarang kita lupakan.

Kalau sudah begini, terkadang untuk bersyukur saya masih melihat ke bawah lagi, meski seringnya tidak tega.

Seperti petuah yang sering saya denger, kalau untuk bersyukur lihatlah terus ke bawah,Na. Kalo untuk bermimpi, lihatlah ke atas, menggapai langit. Meski jatuh itu sakit, tapi kau akan punya pengalaman untuk mendewasakan dirimu, jangan takut mencoba sesuatu yg lebih baik. Sebab ketika Allah berkehendak, tak ada yg tak mungkin.

Jadi nggak salah kan kalau saya juga pingin sekolah di luar negeri...

-Solo-

Ketika satu lagi teman studi ke Jepang

1 komentar:

  1. weheeiii..tampilan baruuu..^^

    hmm iy iy iy .. tdk salah kl qt brmimpi..q pun juga demikian..semoga semoga kesampean aamiin..

    BalasHapus