Selasa, 24 November 2009

-Memoar Nikah Dini-

Dulu sewaktu SMA, saya salah satu dari mungkin beberapa akhwat yang idealis. Terutama dalam hal pernikahan, saya termasuk kategori akhwat yang punya kriteria banyak tentang calon suami impian nanti, juga termasuk keinginan bagaimana bentuk acara walimahannya, sampai bagaimana kehidupan rumah tangganya nanti. Aneh mungkin, wong SMA saja belum lulus, kok udah punya bayangan seperti itu, bahkan beberapa oknum juga berpendapat, karena saya terlalu ngebet itulah yang menjadikan saya bener-bener nekad mencoba rasanya pernikahan dini.

Point pertama, kenapa saya memutuskan untuk nikah dini?

Jawabannya simple, tapi dalem.. karena dengan menikah, saya MERDEKA. Hehehh, agak norak ya, kedengarannya. tapi dengerin dulu penjelasannya, ya. Sebelum menikah, saya termasuk dalam kelompok orang-orang yang susah bener njaga hati. Tiap ketemu ikhwan yang uhui, bawaannya kena virus pinky-pinky melulu. Alhasil, saya sudah seringkali jatuh bangun Cuma buat jaga hati dan kawan-kawannya ( pandangan, pendengaran, dan lain lain). Dan tentunya, dengan niatan inilah saya memutuskan untuk menyegerakan pernikahan, dengan statement yang perlu saya garis bawahi juga yaitu KALAU ADA YANG NGELAMAR.

Heheh..

Jadi pada intinya, alasan saya memutuskan untuk menikah di usia muda adalah untuk menghindari zina. Tapi bukan berarti kalau mau menhindari zina terus nikah, itu juga kurang benar menurut saya. Alasan lain saya menikah adalah, karena saya membutuhkan seseorang yang senantiasa mengingatkan dan mau berbagi lembar kehidupannya bersama saya. Dengan kata lain, saya butuh satu sayap lagi untuk mengarungi kehidupan. (walau bukan berarti dengan satu sayap kita tidak bisa, tetap bisa. Tapi alangkah lebih ringan bila ada yang bisa diajak berbagi kan?).

Point kedua, dampak psikologis yang saya alami.

Hmm. Agak sulit buat njawab point yang satu ini. Dampak psikologisnya saya pointkan lagi saja ya, (kebiasaan kuliah keikut-ikut di sini).

1. lebih tentram

Yang ini jelas ya? Soalnya udah ada temen berbagi cerita, teman diajak curhat, temen beribadah bersama, dan lain-lain deh. Jadinya untuk menjaga hati dan kawan-kawannya, saya akui jadi jauuuuuuuuuuhh lebih baik daripada dulu waktu masih jomblo.

2. lebih sering belajar

yang ini efek pendukung aja sih sebenernya, soalnya jadi ada temen diskusi pelajaran di kampus, dan jadi motivasi tambahan untuk tetep meneruskan studi.

3. lebih sabar dan mengalah

Menurut saya, sebenarnya, pernikahan itu ada untuk saling melengkapkan, bukan saling mencari kesamaan. Untuk saling membuang setengah ego diri, agar dapat menampung setengah ego milik pasangan yang lain. Untuk membuka jalan lebar yang baru dalam perspektif kehidupan dan pilihan-pilihan yang kadang tak sejalan, bukannya jalan sendiri-sendiri meski arahnya sama. Untuk itulah, terkadang sabar dan mengalah berperan besar dalam hal ini. Jadinya, saya benar-benar dididik secara langsung untuk belajar sabar dan mau mengalah atau dengan kata lain, belajar bermusyawarah untuk menyamakan pendapat. Hehehh.

Point ketiga, dampak kemantapan dari beragama.

Hehehh, kalau yang ini, mungkin saya artikan sebagai.. ada teman yang mau diajak sholat malam bersama, ada teman tilawah bersama, ada teman untuk sholat jamaah tiap harinya, dan lain-lain. Terus ada yang bisa saya tanyain sesuatu yang sekiranya saya kurang tahu dalam hal itu, biasanya nanya murrobi lewat pesan singkat atau nunggu ketemuan dulu baru bisa diskusi, tapi sekarang nggak, soalnya sama suami kan tiap hari ketemu dan bisa diajak diskusi. Segi kemantapan yang lain, mungkin seperti yang saya sebutkan sebelumnya, untuk menjaga hati dan kawan-kawannya jadi lebih mudah. Karena saya sudah menikah, jadinya sudah halal kalau nggodain suaminya sendiri, ya kan? Hehehhh...

Point keempat, suka duka.

Saya tulis dukanya dulu kali ya?

Dukanya itu, karena saya masih muda, emosinya masih sering naik turun, jadi kadang sering kebawa juga dalam pernikahan kami. Tapi Alhamdulillah, suami bisa lebih ngemong alias lebih bijak menyikapi sikap kekanak-kanakan saya ini.

Ada lagi dukanya, teman berdiskusi atau bercerita saya sebagai seorang isteri dan ibu muda masih sedikit sekali. Alhasil, kalau cerita ke mereka yang lebih dewasa, terkadang tidak sesuai dengan yang saya maksudkan. Jadinya, kalau untuk belajar dalam hal yang satu ini, saya sikapi dengan ikut milis dan banyak baca buku tentang hal rumah tangga dan segala isinya.

Ow Satu lagi, dukanya adalah, kalau ada yang ngira saya menikah dini karena ”kecelakaan”. Hiks, sedih banget kalau ada yang nganggep saya seperti itu. Tapi biasanya saya tidak anggap sih, kan Allah Maha Mengetahui, dan manusia tidak. Jadi kalau ada yang mengira saya MBA, ya..paling bersabar aja, sambil menjelaskan alasan yang sebenernya kepada mereka.

Sekarang sukanya, kalau saya ceritakan semua nanti gak selesai selesai tulisan saya. Jadi saya ceritakan yang paling saya sukai aja ya. Sukanya adalah, ada teman diskusi di rumah, teman yang mau mbantu nyari jurnal buat tugas kuliah, teman yang mau nganter kalau berangkat ke kampus, teman yang mau nganterin ke rumah sakit kalau lagi sakit, temen yang mbangunin malem-malem buat tahajud, temen yang mau njagain si kecil kalau saya kecapekan kuliah, teman yang sabar, yang senantiasa mendukung, menguatkan, meluruskan dan mengingatkan saya dalam kesehariannya.


Yang terakhir, pesan saya..

Hmm..
Nikah dini itu, kereeen. Tapi tak selamanya ikut ikutan biar kereeen. Karena biar bagaimanapun juga, kita yang mengerjakan jalan kehidupan kita, Allah menentukan tapi kita tetap yang mengusahakan. Untuk menikah dini, diperlukan kesiapan yang tidak main-main bagi para pelakunya. Karena biar bagaimanapun, menikah itu insya Allah sekali dalam seumur hidup kita. Jadi jangan salah menentukan pilihan.

Tapi apabila njenengan sudah yakin untuk menikah di usia yang dini ini, sudah paham dan mengerti konsekuensinya. Maka, ikut dengan saya, menjadi salah satu pelaku nikah dini...yang semoga selalu kereeenn..^^

-Solo-

Saya tahu, bahwa dengan memantapkan hati mengikuti komitmen ini, Saya akan mendapatkan apa yang sebenarnya Saya butuhkan, bukan hanya Saya inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar