Tampilkan postingan dengan label teman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teman. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 Januari 2010

terima kasih..

Sahabat..

Banyak pelajaran yang kudapat hari ini
Tentang sabar, pengertian dan berbagi
Tentang pemenuhan hak sebagai seorang teman
Dan pemenuhan kewajiban sebagai seorang sahabat

Tak tega rasanya meminjam bahumu
Begitu melihat kau sungguh bersukacita hari ini
Hanya dengan melihat senyum dan sumringahmu
Sudah hilang kesahku padamu semalam

Tak ingin rasanya merusak hari ceriamu
Dengan airmata yang tak sepatutnya jatuh
Dengan duka yang tak selayaknya tersentuh
Sedang dengan mendengar tanyamu saja
Aku tak sanggup lagi berkata

Terima kasih sahabat..
Sesungguhnya ada banyak yang ingin kubagi
Tapi mungkin..
Kali lain saja nanti
Saat saya benar-benar butuh bahu untuk disandari..
^^


-Solo-
Atas kehebohan 28 Januari 2010

Jumat, 04 Desember 2009

-Instrumen lanjut-

Kemarin akhirnya kami jadi berangkat ke Jogja, ke UIN Sunan Kalijaga tepatnya. Berangkat dari MIPA sekitar jam 7 lebih, biasa..agak sedikit molor karena jam Indonesia. Baru sebentar perjalanan, satu bus dihebohkan dengan kejadian salah satu sahabat saya, hadhew... Ponselnya ngumpet entah dimana.. Setelah sedikit berheboh ria, Alhamdulillah itu ponsel gak jadi ilang..^^”

Sampai UIN, sekitar jam 9 lebihan gitu. Terus langsung ke Lab terpadunya di sana. Gedungnya masih baru, alhasil masih terlihat mewah sekali. Sampai di ruang pertemuan, poto-poto sebentar, terus dimulai deh acaranya..^^

Setelah sedikit pengantar dari yang ngelola Lab, kami dibagi menjadi dua kelompok, terus masing-masing kelompok diawasi seorang pembimbing buat ngenalin lab yang ada di sana.

Singkat cerita..
Akhirnya kami masuk ke Ruang Lab Fisika.. Dengan teropong bintang yang sudah menunggu di sana.. Huaa.. Senangnya... Akhirnya bisa ngeliat teropong bintang beneran, walau gak keliatan planet, tapi bener-bener bisa ngeliat benda jarak jauh. Huuhuu. Saya masih kebayang-bayang jadi astronot, jadinya..^^”

Selesai jalan-jalan ke Lab, kita poto-poto sebentar. Terus ngelanjutin perjalanan ke parang tritis..
Tapi..

Berhubung saya gak ikut ke sana..

Laporan kunjungannya aya akhiri sampai di sini aja ah..

^^

-Solo-
Subuh subuh Buta..

Selasa, 24 November 2009

-Memoar Nikah Dini-

Dulu sewaktu SMA, saya salah satu dari mungkin beberapa akhwat yang idealis. Terutama dalam hal pernikahan, saya termasuk kategori akhwat yang punya kriteria banyak tentang calon suami impian nanti, juga termasuk keinginan bagaimana bentuk acara walimahannya, sampai bagaimana kehidupan rumah tangganya nanti. Aneh mungkin, wong SMA saja belum lulus, kok udah punya bayangan seperti itu, bahkan beberapa oknum juga berpendapat, karena saya terlalu ngebet itulah yang menjadikan saya bener-bener nekad mencoba rasanya pernikahan dini.

Point pertama, kenapa saya memutuskan untuk nikah dini?

Jawabannya simple, tapi dalem.. karena dengan menikah, saya MERDEKA. Hehehh, agak norak ya, kedengarannya. tapi dengerin dulu penjelasannya, ya. Sebelum menikah, saya termasuk dalam kelompok orang-orang yang susah bener njaga hati. Tiap ketemu ikhwan yang uhui, bawaannya kena virus pinky-pinky melulu. Alhasil, saya sudah seringkali jatuh bangun Cuma buat jaga hati dan kawan-kawannya ( pandangan, pendengaran, dan lain lain). Dan tentunya, dengan niatan inilah saya memutuskan untuk menyegerakan pernikahan, dengan statement yang perlu saya garis bawahi juga yaitu KALAU ADA YANG NGELAMAR.

Heheh..

Jadi pada intinya, alasan saya memutuskan untuk menikah di usia muda adalah untuk menghindari zina. Tapi bukan berarti kalau mau menhindari zina terus nikah, itu juga kurang benar menurut saya. Alasan lain saya menikah adalah, karena saya membutuhkan seseorang yang senantiasa mengingatkan dan mau berbagi lembar kehidupannya bersama saya. Dengan kata lain, saya butuh satu sayap lagi untuk mengarungi kehidupan. (walau bukan berarti dengan satu sayap kita tidak bisa, tetap bisa. Tapi alangkah lebih ringan bila ada yang bisa diajak berbagi kan?).

Point kedua, dampak psikologis yang saya alami.

Hmm. Agak sulit buat njawab point yang satu ini. Dampak psikologisnya saya pointkan lagi saja ya, (kebiasaan kuliah keikut-ikut di sini).

1. lebih tentram

Yang ini jelas ya? Soalnya udah ada temen berbagi cerita, teman diajak curhat, temen beribadah bersama, dan lain-lain deh. Jadinya untuk menjaga hati dan kawan-kawannya, saya akui jadi jauuuuuuuuuuhh lebih baik daripada dulu waktu masih jomblo.

2. lebih sering belajar

yang ini efek pendukung aja sih sebenernya, soalnya jadi ada temen diskusi pelajaran di kampus, dan jadi motivasi tambahan untuk tetep meneruskan studi.

3. lebih sabar dan mengalah

Menurut saya, sebenarnya, pernikahan itu ada untuk saling melengkapkan, bukan saling mencari kesamaan. Untuk saling membuang setengah ego diri, agar dapat menampung setengah ego milik pasangan yang lain. Untuk membuka jalan lebar yang baru dalam perspektif kehidupan dan pilihan-pilihan yang kadang tak sejalan, bukannya jalan sendiri-sendiri meski arahnya sama. Untuk itulah, terkadang sabar dan mengalah berperan besar dalam hal ini. Jadinya, saya benar-benar dididik secara langsung untuk belajar sabar dan mau mengalah atau dengan kata lain, belajar bermusyawarah untuk menyamakan pendapat. Hehehh.

Point ketiga, dampak kemantapan dari beragama.

Hehehh, kalau yang ini, mungkin saya artikan sebagai.. ada teman yang mau diajak sholat malam bersama, ada teman tilawah bersama, ada teman untuk sholat jamaah tiap harinya, dan lain-lain. Terus ada yang bisa saya tanyain sesuatu yang sekiranya saya kurang tahu dalam hal itu, biasanya nanya murrobi lewat pesan singkat atau nunggu ketemuan dulu baru bisa diskusi, tapi sekarang nggak, soalnya sama suami kan tiap hari ketemu dan bisa diajak diskusi. Segi kemantapan yang lain, mungkin seperti yang saya sebutkan sebelumnya, untuk menjaga hati dan kawan-kawannya jadi lebih mudah. Karena saya sudah menikah, jadinya sudah halal kalau nggodain suaminya sendiri, ya kan? Hehehhh...

Point keempat, suka duka.

Saya tulis dukanya dulu kali ya?

Dukanya itu, karena saya masih muda, emosinya masih sering naik turun, jadi kadang sering kebawa juga dalam pernikahan kami. Tapi Alhamdulillah, suami bisa lebih ngemong alias lebih bijak menyikapi sikap kekanak-kanakan saya ini.

Ada lagi dukanya, teman berdiskusi atau bercerita saya sebagai seorang isteri dan ibu muda masih sedikit sekali. Alhasil, kalau cerita ke mereka yang lebih dewasa, terkadang tidak sesuai dengan yang saya maksudkan. Jadinya, kalau untuk belajar dalam hal yang satu ini, saya sikapi dengan ikut milis dan banyak baca buku tentang hal rumah tangga dan segala isinya.

Ow Satu lagi, dukanya adalah, kalau ada yang ngira saya menikah dini karena ”kecelakaan”. Hiks, sedih banget kalau ada yang nganggep saya seperti itu. Tapi biasanya saya tidak anggap sih, kan Allah Maha Mengetahui, dan manusia tidak. Jadi kalau ada yang mengira saya MBA, ya..paling bersabar aja, sambil menjelaskan alasan yang sebenernya kepada mereka.

Sekarang sukanya, kalau saya ceritakan semua nanti gak selesai selesai tulisan saya. Jadi saya ceritakan yang paling saya sukai aja ya. Sukanya adalah, ada teman diskusi di rumah, teman yang mau mbantu nyari jurnal buat tugas kuliah, teman yang mau nganter kalau berangkat ke kampus, teman yang mau nganterin ke rumah sakit kalau lagi sakit, temen yang mbangunin malem-malem buat tahajud, temen yang mau njagain si kecil kalau saya kecapekan kuliah, teman yang sabar, yang senantiasa mendukung, menguatkan, meluruskan dan mengingatkan saya dalam kesehariannya.


Yang terakhir, pesan saya..

Hmm..
Nikah dini itu, kereeen. Tapi tak selamanya ikut ikutan biar kereeen. Karena biar bagaimanapun juga, kita yang mengerjakan jalan kehidupan kita, Allah menentukan tapi kita tetap yang mengusahakan. Untuk menikah dini, diperlukan kesiapan yang tidak main-main bagi para pelakunya. Karena biar bagaimanapun, menikah itu insya Allah sekali dalam seumur hidup kita. Jadi jangan salah menentukan pilihan.

Tapi apabila njenengan sudah yakin untuk menikah di usia yang dini ini, sudah paham dan mengerti konsekuensinya. Maka, ikut dengan saya, menjadi salah satu pelaku nikah dini...yang semoga selalu kereeenn..^^

-Solo-

Saya tahu, bahwa dengan memantapkan hati mengikuti komitmen ini, Saya akan mendapatkan apa yang sebenarnya Saya butuhkan, bukan hanya Saya inginkan.

Rabu, 12 Agustus 2009

lagi..

Masih terbayang senyummu
Sedikit tersamar, tetapi masih
Tertampung dalam memori otakku
Memang kisah kita tak seindah
lagu-lagu di music playermu
Atau seromantis film-film
Yang sering kau tonton itu
Tapi ternyata kurasakan
Lebih daripada itu
Terasa metafora cinta
Yang tergugu dalam untaian kata
Terpasung dalam jalinan rasa
Kala turbulensi jarak dan waktu
Menyempit menjadi pori-pori kecil
Dalam ruang-ruang kosongku
Setiap harinya..
Setiap saatnya
Berbekal monitor dan modem lawasku
Kusambut gempita dunia
Kujelajahi liarnya alam rimba
Yang melebur dalam ranumnya usia
Bersama kalian
Sahabat sahabatku
..

-Selalu ada ruang untukmu, di hatiku-

Rabu, 29 Juli 2009

sahabat

Sahabat..
Ada yang belum pernah denger kata itu? Pasti udah pernah ya..ya, setidaknya kalo belum pernah denger, sekarang udah denger lah eh..udah baca lah.. sahabat itu menurutku adalah orang yang ada di sisimu saat kamu senang ataupun saat kamu sedih. Seseorang yang selalu berusaha membantumu dan menyayangimu apa adanya dirimu itu. Gak peduli kamu itu jelek, cerewet, sok teu, atau apapun sifatmu, dia selalu ada di sampingmu. Gak peduli kamu jatuh, ketimpa tangga, butuh pinjeman barang, lagi bokek, atau dalam keadaan susah sekalipun, dia siap membantumu. ( ya, setidaknya menurut penilaianku, sahabat itu ya kaya gitu itu..). Sedangkan salah seorang sahabat mengatakan, sahabat itu adalah orang yang berani menegurmu, mengingatkanmu saat kamu mau melakukan kesalahan, atau kekeliruan dalam hidupmu.


Sahabat itu, menurutku gak akan lekang di makan waktu..( ya, emang belum pernah ada kasus kalo si waktu memakan sahabat- sahabatku sih..). Perlu contoh ?..hoo, iya sebut saja sahabatku waktu TK ampe SD itu, (gak sebut merk ya..entar ke geer an orangnya..).. Dulu kami terpisahkan takdir,(ceilah bahasanya..) tapi sekarang takdir mempertemukan kami kembali..hehe...emang jodoh mah, kagak bakal ilang kemana..^^

Terus..temen SMP..wah kalo yang ini Cuma ketemu satu orang doank sekarang, maklum, dulu SMP nun jauh di desa terpencil..hehe..tapi ya, seenggaknya Tuhan masih mempertemukan kami lagi buat bersahabatan lagi...

Kalo temen SMA, wah..jangan ditanya... masih aktip semua..masih eksis di dunia maya ini setidaknya..walau ketemuan juga udah jarangnya minta ampun..bahkan beberapa orang udah gak pernah ketemuan lagi, paling kalo ngobrol lewat chat doank, ato sms-an..kadang kalo kelebihan pulsa, ya telpon-telponan..^^
Tapi sesuai takdir Tuhan, sahabat- sahabat di SMA ternyata masih satu kampus lagi sama aku, jadi ya..seenggak enggaknya masih sering ngeliat mukanya..walau ketemuannya juga kalo lagi dijalan doank..hehe...^^”

Nah, kalo temen di kampus..wah, jangan di tanya... kalo menurut pengertian sahabat tadi, yaa..ada beberapa orang yang bisa aku sebut sahabat.. setidaknya, menurutku begitu..soalnya ke mana mana luntrang- luntrung bareng.. udah kaya kutub positip ama negatip deh kalo ketemuan..nempel mulu kaya perangko..Kalo ada kesulitan, ya..di bagi bareng-bareng..kalo ada rejeki ya..dinikmati bareng bareng...kalo ada makanan yang..di makan bareng-bareng..ya..susah senang dirasakan bersama lah..(tapi banyak senengnya kok yang dibagi bareng-bareng..)^^

Sekilas cerita tentang sahabat-sahabatku...
Bagaimana denganmu? Aku yakin kalian masing-masing juga punya sahabat kan...kalo gak punya, wah bahaya..masak hidup di dunia cuman jadi individualis doank..kalo bisa jadi makhluk sosialis, kenapa enggak..lagian kalo punya sahabat yang bener-bener sahabat..banyak senengnya daripada susahnya..^^


-saat aku mengingatmu, sahabat-sahabat dalam hidupku..-
-thanks atas segalanya...-

Jumat, 12 Juni 2009

Cerita..dari milis seorang teman

dari milis teman... nice to read :)
======
Saya seorang mantan guru sekolah musik dari Des Moines, Iowa. Saya mendapat nafkah dengan mengajar piano selama lebih dari 30 tahun. Selama itu, saya
menyadari tiap anak punya kemampuan musik yang berbeda. Tapi saya tidak pernah merasa telah menolong walaupun saya telah mengajar beberapa murid berbakat.

Walaupun begitu, saya ingin bercerita tentang murid yang 'tertantang secara musik'.Contohnya adalah Robby.Robby berumur 11 tahun, ketika ibunya memasukkan dia dalam les untuk pertama kalinya. Saya lebih senang kalau murid (khususnya laki-laki) mulai ketika lebih muda, saya jelaskan; itu pada Robby. Tapi Robby berkata, ibunya selalu ingin mendengar dia bermain piano. Jadi saya jadikan dia murid.

Robby memulai les pianonya dan dari awal saya pikir dia tidak ada harapan. Robby mencoba, tapi dia tak mempunyai perasaan nada maupun irama dasar yang perlu dipelajari.Tapi dia mempelajari benar-benar tangga nada dan beberapa pelajaran awal yang saya wajibkan untuk dipelajari semua murid. Selama beberapa bulan, dia mencoba terus dan saya mendengarnya dengan ngeri dan terus mencoba menyemangatinya.

Setiap akhir pelajaran mingguannya, dia berkata, 'Ibu saya akan mendengar saya bermain pada suatu hari.'Tapi rasanya sia-sia saja. Dia memang tak berkemampuan sejak lahir. Saya hanya mengetahui ibunya dari jauh ketika menurunkan Robby atau menjemput Robby.. Dia hanya tersenyum dan melambaikan tangan tapi tidak pernah turun.Pada suatu hari, Robby tidak datang lagi ke les kami. Saya berpikir untuk menghubunginya, tapi karena ketidakmampuannya, mungkin dia mau les yang lain saja maka saya tidak jadi menghubunginya. Saya juga senang dia tidak datang lagi.

Dia menjadi iklan yang buruk untuk pengajaran saya!

Beberapa minggu sesudahnya, saya mengirimkan brosur ke tiap murid, mengenai pertunjukan yang akan dilaksanakan. Yang mengagetkan saya, Robby (yang juga menerima brosur) menanyakan saya apakah dia bisa ikut pertunjukan itu. Saya katakan kepadanya, pertunjukan itu untuk murid yang ada sekarang dan karena dia telah keluar, tentu dia tak bisa ikut. Dia katakan bahwa ibunya sakit sehingga tak bisa mengantarnya ke les, tapi dia tetap terus berlatih.'Bu Hondrof... saya mau main!' dia memaksa.

Saya tidak tahu apa yang membuat saya akhirnya membolehkan dia main dipertunjukan itu. Mungkin karena kegigihannya atau mungkin ada sesuatu yang berkata dalam hati saya bahwa dia akan baik-baik saja.

Malam pertunjukan datang. Aula itu dipenuhi dengan orang tua, teman, dan relasi. Saya menaruh Robby pada urutan terakhir sebelum saya ke depan untuk berterima kasih dan memainkan bagian terakhir. Saya rasa kesalahan yang dia buat akan terjadi pada akhir acara dan saya bisa menutupinya dengan permainan dari saya.Pertunjukan itu berlangsung tanpa masalah. Murid-murid telah berlatih dan hasilnya bagus..

Lalu Robby naik ke panggung. Bajunya kusut dan rambutnya bagaikan baru dikocok. 'Kenapa dia tak berpakaian seperti murid lainnya?' pikir saya. 'Kenapa ibunya tidak menyisir rambutnya setidaknya untuk malam ini?'Robby menarik kursi piano dan mulai. Saya terkejut ketika dia menyatakan bahwa dia telah memilih Mozart's Concerto #21 in C Major. Saya tidak dapat bersiap untuk mendengarnya.Tetapi.... jarinya ringan di tuts nada, bahkan menari dengan gesit. Dia berpindah dari pianossimo ke fortissimo.. . dari allegro ke virtuoso.

Akord tergantungnya yang diinginkan Mozart sangat mengagumkan!

Saya tak pernah mendengar lagu Mozart dimainkan orang seumur dia sebagus itu! Setelah enam setengah menit, dia mengakhirinya dengan crescendo besar dan semua terpaku disana dengan tepuk tangan yang meriah. Dalam air mata, saya naik ke panggung dan memeluk Robby dengan sukacita.'Saya belum pernah mendengar kau bermain seperti itu, Robby! Bagaimana kau melakukannya? 'Melalui pengeras suara Robby menjawab, 'Bu Hondorf... ingat saya berkata bahwa ibu saya sakit? Ya...Sebenarnya dia sakit kanker dan dia telah kembali ke surga pagi ini.

Dan sebenarnya.. . dia tuli sejak lahir jadi hari inilah dia pertama kali mendengar saya bermain. Saya ingin bermain secara khusus.'Tidak ada satu pun mata yang kering malam itu.Ketika orang-orang dari Layanan sosial membawa Robby dari panggung ke rumah duka, saya menyadari meskipun mata mereka merah dan bengkak, betapa hidup saya jauh lebih berarti karena mengambil Robby sebagai murid saya.Tidak, saya tidak pernah menjadi penolong, tapi malam itu saya menjadi orang yang ditolong Robby.

Dialah gurunya dan sayalah muridnya. Karena dialah yang mengajarkan saya arti ketekunan, kasih, percaya pada dirimu sendiri, dan bahkan mau memberi kesempatan pada seseorang yang tak anda ketahui mengapa.Peristiwa ini semakin berarti ketika, setelah bermain di Desert Storm, Robby terbunuh oleh pengeboman yang tak masuk akal oleh Alfred P. Murrah Federal Building di Oklahoma pada April 1995, ketika dilaporkan.. .

dia sedang main piano.

Dan sekarang, tambahan cerita ini. Jika anda mau meneruskan e-mail ini,

mungkin anda berpikir, orang mana di daftar alamat yang 'cocok' untuk menerima pesan ini. Orang yang mengirim e-mail ini yakin bahwa kita dapat membuat perubahan. Kita semua mempunyai ribuan kesempatan tiap hari untuk menyadari rencana Tuhan.
Banyak sekali interaksi antara dua orang memberi kita suatu pilihan:

Seseorang yang mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan.

Sabtu, 09 Mei 2009

teman

Seorang teman pernah bertanya kepadaku,”Kalo disuruh memilih..kamu mending milih sahabatan ama temen cewek atau sama temen cowok?”

Pertanyaannya simple, tapi tak mudah untuk menjawabnya. Menurutku, setiap individu itu sudah pasti membawa cirri-ciri khas sesuai dengan kepribadiannya sendiri. Begitu juga dengan sifat yang muncul pada dirinya. Tentu kita tak bias membandingkan si A dengan si B, karena masin-masing orang itu unik, dan bukan hal yang pantas jika harus dibanding-bandingkan.

Menurutku, berteman dengan teman baik wanita maupun pria, ada enaknya, ada enggaknya..

Kalo mau ngajak shoping, ngajak temen wanita terkadang pilihan yang tepat. Apalagi kalo dia pinter nawar harga barang, dan terkadang selera mereka tak jauh beda dengan selera kita. Beda kalo yang diajak shoping adalah temen lelaki, waahh..dia mau nemenin 1 jam aja buat shoping, udah patut diacungi jempol. Tapi terkadang kalau sama temen wanita, yang keseringan nawar ini nawar itu jadinya lamaa banget kalo shoping juga bukan hal yang menyenangkan.


Kalo mau curhat tentang suatu masalah, terkadang seorang sahabat lelaki bisa dimintai tolong untuk memberikan pandangan yang logis, soalnya aku lebih sering bertindak menggunakan perasaan baru menggunakan logika. Kalau lelaki kan, lebih sering menggunakan logika berpikir mereka untuk menyelesaikan masalah.

Tapi kalo mau curhat sambil nangis, enaknya sama temen wanita, karena dia tahu apa yang harus dilakukan, mungkin karena dia juga bisa merasakan perasaan yang sama dengan kita. Soalnya kalo kita nangis didepan sobat lelaki kita, wuahahaha..tu cowok bakal stress, karena bingung ga ngerti mau ngelakukan tindakan apa buat nenangin kita.


Kalau mau ngajak ngobrol, dua-duanya sama menyenangkannya. Karena ya, tergantung subyek bahan ceritanya dan orang yang mendengarkannya juga sih..hehehe..kalo ga nyambung ya..pilih yang nyambung donk kalo buat diajak ngomong..