Selasa, 29 Desember 2009

-Hujan lagi-

Hujan lagi, cinta..
Masih sederas saat kenangan kita dulu
Ingatkah kau saat itu?
Saat hujan di kala senja..
Dan kita berdiri menatapnya bersama..

Semenjak itu,
Kau dan aku mulai menyukai hujan
Yang mengabadikan rentang pertemuan kita
Karena tiap kita bersama..
Tetes air itu turut mengiringinya

Memenuhi tiap helaan nafas cinta
Mendenyutkan tiap rindu yang terasa
Mengalirkan ingin untuk bersua

Hujan lagi, cinta..
Menjadikan pekatnya asa yang mulai teraba
Meninggalkan pelangi sebagai akhir cinta kita


-Solo-
Nungguin note yang gak jadi-jadi..^^

-Oryz dan Kaliurang-

Minggu kemaren Oryz ke kaliurang..
Ikut Ayah pertemuan kantor..
Tapi niatnya sih Cuma main doank
Bundanya ngebet penasaran ama Kaliurang..

Berangkatnya pake mobil..
Alhamdulillah Oryznya kagak rewel
Malah nggumon di dalem mobil
Ngeliatin jalan mulu..
-pengen jadi supir kayaknya-

Ternyata di sana gak ada kalinya..
Bunda sedikit kecewa deh..
Cuman ada taman bermain doank
Ada flying Fox, tapi tetep aja gak bisa naik..
Jadinya cuman jalan muterin tu taman doank..

Tamannya luas juga ternyata..
Oryz maenan gelembung sabun..
-sabunnya beli sama abang-abang yang jualan-
Ditiup kok susah..
Akhirnya cuman di ayun-ayunkan doank..
Eh udah bisa kebentuk banyak gelembung..

Terus kita pulang abis maen..
Hujan..
-Bunda suka banget sama ujan-
Suasana ujannya dingin banget
-Berasa pulang ke magetan-
Inget waktu hujan di kampung halaman



-Solo-
Emaknya Oryz yang bingung nulis apa..^^”

Jumat, 25 Desember 2009

Kamu, aku dan gerimis

Hujan masih menetes satu-satu
Mendinginkan suasana yang masih membisu
Kau dan aku yang terpaku
Berdiri berdua dalam pelukmu

Tak ada suara berbicara
Yang ada hanya bahasa tubuh semata
Detak yang berdegup berirama
Dan otak yang mengabadikan suasana

Pelukan eratmu
Tatapan wajahmu
Kecupmu di keningku
Dan semua tentangmu
Yang telah menjadi candu dalam hidupku

Tak pernah ingin kulepaskan peluk itu
Karena itu berarti aku harus berpisah denganmu
Kembali ke dunia tanpa mimpiku
Hidup dalam kefanaan yang palsu

Aku ingin pergi bersama gerimis itu
Larut dalam kecupanmu
Mengalir dalam tiap nadimu
Bersuara dalam detak jantungmu

Aku ingin menjadi satu dengan dirimu
Agar tak ada lagi yang mampu memisahkan kau dan aku
Agar tak ada lagi isak tangis merinduimu
Agar hatiku selalu terpaut di dirimu

-Solo-
Mengenang peristiwa itu, dulu

Kamis, 24 Desember 2009

akhir tahun 1

Hujan masih menetes membasahi atap rumahku. Masih mendung, masih tersisa kabut yang menutupi separuh langit dan masih terlalu pagi untuk mengharap mentari menampakkan sinarnya. Ini juga tetumbenan menikmati pagi di atap rumah sendirian, bersama hujan dengan kertas dan pena di tangan. Ceritanya lagi pingin nyari inspirasi, lagi pingin mengefreshkan pikiran sebentar.. setelah dikejar-kejar deadline yang benar- benar membuat kepala mau pecah.

Mulai dari revisi proposal yang hampir satu semester belum jadi-jadi.. Tugas kelompok katalis yang kepenggal liburan panjang.. Tugas KABAH yang deadlinenya januari awal, padahal ada 3 macem tugas.. Ada inilah, itulah yang menghabiskan waktu saya untuk berpikir, merenung, membayangkan, mengimpikan. Seharusnya dengan manajemen waktu yang baik, saya bisa saja menyelesaikan tugas itu secepatnya, tapi ternyata saya masih belum mampu memanage waktu dan skala prioritas yang seharusnya bisa saya tepati.

Setelah saya pikir-pikir, ternyata satu tahun ini saya masih sulit menepati deadline yang saya buat sendiri, masih sering memolor-molorkan waktu terkadang untuk sesuatu yang sebenarnya bisa saya selesaikan dengan cepat, tapi penyakit malas dan sifat ngantukan sering bikin saya kelabakan kekejar deadline yang sebenarnya. Masih sering gak nepati janji, atau memolor-molorkan alasan buat ini itu yang gak penting. Sekali lagi, setidaknya saya sadar kelemahan saya sekarang ini.

Udah ah..

-Solo-
Besok2 saya lanjutin lagi curhatnya..

Rabu, 23 Desember 2009

-Sunyi-

Kesunyian itu berbicara
Dalam gerak tubuh dan untaian irama
Dalam detak jantung yang membahana
dalam sepi yang menelan ribuan kata

Kesunyian itu menyiksa
Bersama berjuta angan yang merajalela
Beribu asa yang membuatmu tampak nyata
Walau yang kudapat hanya bayangmu saja

Kesunyian itu memainkan perannya
Dalam imajinasi rasa yang menggila
Dalam nafas yang tak lagi sama
Dalam sentuh yang tak selalu ada

Menularkan cinta yang membius warasnya jiwa
Menghapus rindu yang memperparah luka


-Solo-
Saat kesunyian menjadi candu dalam hidup saya

puisi kita

Tuhan..
Saya telah jatuh cinta
Kepada seseorang lelaki
Yang mncintai saya apa adanya
Yang menyayangi saya
Sebesar rasa sayang saya terhadapnya

Tuhan..
Bila ternyata Engkau
Tidak memperkenankan kami bersama
Membiarkan kami
Menikmati senja berdua saja
Biarkanlah rasa itu tetap ada, Tuhan
Rasa sayang itu jangan pernah sirna
Biarkan ia tetap menempati
Ruang kecil dalam hatiku selamanya

Karena saya benar-benar menyayanginya

------------------------------------------------------------------------

Aku akan senantiasa mengisi ruang di hatinya
Akan kuwarnai dengan goresan tinta cinta
Yang penuh rasa dalam sejuta asa

Bila saja angin menyejukkan nuraniku
Tentu tak akan ada rasa ragu
Ingatlah bahwa aku akan selalu di hatimu
Kamulah kekasihku
Dewi kecil yang menghiasi hariku..

Aku sayang kamu..

-Solo-
Saat pelukanmu menyeruak dalam ingatanku

Selasa, 22 Desember 2009

-Cerita-

Kisah ini tak berhenti disini
Dalam sepenggal cerita yang tak akan berakhir
Dalam tiap kata yang merangkai makna
Dan isyarat yang menghadirkan berjuta tanya di sukma

Kisah ini masih mengalun di sini
Bersama derai hujan yang setia menemani
Bersama senja yang masih mewarnai
Dan denyut nadi yang mengiringi

Adakah kisah ini menjadi cerita abadi
Seperti dongeng tentang Ibu peri
Tentang Raja dan Permaisuri
Dan Pangeran bersama Sang Puteri

Selama masih ada kertas dan pena
Masih berguna susunan huruf dan angka
Akan kutuliskan semua kisah tentang kita
Dalam baris puisi, bait dan cerita

-Solo-
Saat kutulis cerita tentang kita, lagi

Senin, 21 Desember 2009

-Senja-

Senja masih memerah, cinta..
Semerah asa dan hati kita yang berdarah..
Yang berjuang demi bara hati yang menyala
Meminta secercah asa dalam ketakberdayaan kita, manusia

Senja masih memerah, cinta..
Dan tanah pun masih basah
Oleh derai air mata yang tak sepatutnya ada
Pada noda keniscayaan beralaskan luka

Patutlah lembayung menghiasi langit senja ini
Menjadi saksi dalam kebisuan kita yang tak berarti
Mengisyaratkan nada yang berdetak dalam denyut nadi
Dan mengiringi kau berkata..
”Jangan pernah lelah bermimpi”

Percayalah cinta..
Tak pernah lelah aku bermimpi
Suatu saat kau dan aku berdiri berdua
Menikmati hujan dan pelangi saat senja tiba
Walau habis dayaku dan usahaku
Walau takdir tak pernah akan membiarkan kita untuk bersatu
Tapi aku tak akan pernah berhenti bermimpi, cinta
Sampai nyawa terenggut dari jasadku..


-Solo-
Saat gerimis mengiringi kecupanmu di keningku..

Kamis, 17 Desember 2009

Saya gak punya ide

Masih terasa lembut sentuhanmu
Yang menyeruak dalam bias ingatanku
Yang meruntuhkan dinding dalam hatiku

....

Tak pernah jemu aku memimpikanmu
Dan berharap kau nyata di sisiku
Berharap kau ada di sampingku
Seperti kita sewaktu dulu

....

Akulah manusia yang fana
Hidup bersama hati yang teregoiskan cinta
Yang tak pernah lelah meneteskan air mata
Yang selalu berharap kisah cinta kita nyata ada

....

Terlepas dari semua prasangka yang ada
Terlepas dari kekhawatiran semata

....

Akulah manusia yang hina
Yang tak mampu bergerak memperjuangkan cinta
Yang tersisa terkadang hanyalah luka
Karena tak mampu memilikimu
Satu nadi yang kucinta

....

Mengisyaratkan logika dalam butir sebuah asa
Menghapuskan jera dalam setiap duka
Aku tak akan pernah lelah mendamba
Tak akan pernah jemu untuk mencinta
Dan tak pernah melepasmu sampai kau meminta

....

Walau sampai habis nafasku
Sampai keriput kulitku
Aku akan selalu mencintaimu, cinta
Walau mungkin takdir tak mengijinkan kita bersama
Selamanya..


-Solo-
Menghadirkan bayanganmu dalam langit penuh bintangku

Senin, 07 Desember 2009

-101-

Terkoyak dalam keremangan fajar
Masih kutatap gemintang yang menghiasi langitku
Terdiam, tapi sebenarnya bersuara
Dalam nada berupa gemerlapan cahaya

Tak ada yang bisa kuhilangkan dari pekat itu
Yang bisa aku lakukan hanya duduk
Diam dan mengamati mereka menertawakanku
Menertawakan kebodohanku
Menertawakan perasaanku

Inginnya aku menangis
Berteriak dan berkata
” ini bukan salahku”
Tapi mereka tak pernah memberikan jeda
Untukku menghela nafas sedikit saja

Lelahku memuncak dan menjadi air mata
Tapi tak pernah jera aku menengadahkan kepala
Dan melihat mereka bercengkerama
Padahal aku disini berharap dan terluka

” Bodoh ”
Sering sekali gemintang itu memanggilku begitu
Aku tak marah, sebab mungkin memang aku bodoh
Mengharap bintang yang sudah punya rumah di langit sana
Menginginkan bintang yang hanya muncul setelah senja
Mendamba bintang yang ternyata untuk memandangnya pun
Aku harus mengeluarkan banyak usaha

Tapi aku masih mengharapkan bintang itu bersedia
Duduk sejenak di sisiku
Menghiburku dan bertanya perasaanku

” Mustahil”
Mereka bilang begitu
Tapi aku tahu dan percaya
Suatu saat tak ada kemustahilan lagi di hidupku


-Solo-
Mendung gak ujan-ujan..

Sabtu, 05 Desember 2009

-100-

Bukanlah embun yang membuatku menangis
Atau pelangi yang mengiringi kepergianmu
Atau kabut yang merambati sukma duniaku

..

Akulah pernik kecil dari ketidakabadian cintamu
Serpihan dari sisa-sisa pengharapanmu
Yang terluluh lantakkan oleh perbedaan yang
Tak mengijinkan kita bersatu

..

Akulah yang termetamorfosis menjadi kelabu
Dalam terang yang menyinari kehidupanku
Dan mentari yang menyinari hari-hariku

..

Ternyata aku masih membisu
Mengharapkanmu pun aku tak mampu
Dan memilikimu adalah jejak bayanganku

..

Tahukah kamu..
Pelangi itu telah memberitahuku
Bahwa aku tak mungkin memilikimu..


-Solo-
Mendung menyelimuti langit cerahku

Jumat, 04 Desember 2009

-Instrumen lanjut-

Kemarin akhirnya kami jadi berangkat ke Jogja, ke UIN Sunan Kalijaga tepatnya. Berangkat dari MIPA sekitar jam 7 lebih, biasa..agak sedikit molor karena jam Indonesia. Baru sebentar perjalanan, satu bus dihebohkan dengan kejadian salah satu sahabat saya, hadhew... Ponselnya ngumpet entah dimana.. Setelah sedikit berheboh ria, Alhamdulillah itu ponsel gak jadi ilang..^^”

Sampai UIN, sekitar jam 9 lebihan gitu. Terus langsung ke Lab terpadunya di sana. Gedungnya masih baru, alhasil masih terlihat mewah sekali. Sampai di ruang pertemuan, poto-poto sebentar, terus dimulai deh acaranya..^^

Setelah sedikit pengantar dari yang ngelola Lab, kami dibagi menjadi dua kelompok, terus masing-masing kelompok diawasi seorang pembimbing buat ngenalin lab yang ada di sana.

Singkat cerita..
Akhirnya kami masuk ke Ruang Lab Fisika.. Dengan teropong bintang yang sudah menunggu di sana.. Huaa.. Senangnya... Akhirnya bisa ngeliat teropong bintang beneran, walau gak keliatan planet, tapi bener-bener bisa ngeliat benda jarak jauh. Huuhuu. Saya masih kebayang-bayang jadi astronot, jadinya..^^”

Selesai jalan-jalan ke Lab, kita poto-poto sebentar. Terus ngelanjutin perjalanan ke parang tritis..
Tapi..

Berhubung saya gak ikut ke sana..

Laporan kunjungannya aya akhiri sampai di sini aja ah..

^^

-Solo-
Subuh subuh Buta..

-Jogja-Solo-

Turun dari Bis, saya masih harus nunggu sepupu yang niatnya emang mau nganterin saya sampai stasiun. Maklum.. Saya sama sekali gak tau arah di Jogja. Setelah 30 menit lebih yang membosankan, akhirnya jemputan datang juga. Dan meluncurlah kami ke Stasiun Lempuyangan, Jogja. Tadinya saya masih agak sedih gak bisa kut having fun sama temen-temen satu bis. Tapi.. bagaimanapun saya yakin Allah memilihkan yang terbaik untuk saya.

Sampai di Lempuyangan, beli tiket.. Eh ternyata keretanya masih sejam lagi. Daripada nunggu kelamaan, jadinya kami sholat dulu di mushola. Terus baru nungguin itu kereta dateng. Berasa jadi anak SMA lagi, saat saya duduk nungguin kereta di stasiun. (Maklum, dulu sabanannya kereta mulu kalo mau pulang ke Bekasi). Terakhir saya naik kereta, waktu hamil Oryz 7 bulan, ke Bekasi. (Pingin nasi Uduk ama asinan sebenernya) hehehhh..

Setelah sebentar menunggu, keretanya datang, kursi duduknya persis kaya KRL yang juga biasa saya naiki kalo mau berpergian di Jakarta dan sekitarnya. Saling berhadapan, tapi melintang panjang. Begitunaik, saya memilih tempat duduk di tengah, dengan harapan jarak pandang mata saya bisa ke mana-mana, lagian emang tempat duduk yang kosong ya di tengah itu.

Ternyata, di depan saya ada seorang Ibu sama seorang anak kecil..Laki-Laki, mungkin seumuran Oryz kali ya, Tapi lebih besar Oryz. Kulitnya putih, dan sorot matanya mengingatkan saya dengan Oryz. Jadilah rasa sedih saya karena gak bisa ikut ke Pantai menguap sudah. Saya memutuskan pilihan yang benar, saya ternyata merindukan Oryz. Lha waktu saya berangkat ke Jogja, dia masih terlelap dalam tidurnya.

Sampai di Balapan, Ayah mau njemput, terus pulang deh ke rumah. Eeh... Oryznya masih bobok siang. Ya sudah, akhirnya saya temenin tidur juga.. Begitu bangun, sempet ngamuk sebentar karrena ditinggal Ayah balik ke kantor. Tapi terus mulai deh kangen kangenan alias main bareng lagi sama Bundanya.


-Solo-
”Hati saya terpaut di Solo, teman”
Bukan di teropong bintang itu lagi..^^