Sabtu, 10 April 2010

Muhammad : Lelaki penggenggam hujan

Novel biografi ini menceritakan dengan detil bagaimana kehidupan pada jaman Rasulullah, tentang kehidupan di jazirah Arab sampai ke negeri Persia. berisi segala macam hal, tentang kehidupan, tentang kesetiakawanan, tentang persahabatan, sampai tentang cinta. Semua diulas apik dan menggunakan bahasa yang mendetail, serta kalau boleh saya bilang, dengan bahasa yang berani.

Buku ini mengingatkan saya dengan Sirah Nabawiyah yang pernah saya baca bertahun-tahun silam. Kitab tebal yang berisi bagaimana kehidupan Rasulullah saat itu. Novel yang ditulis Tasaro ini mungkin mengisahkan dengan lebih terperinci lagi, mengajak kita bertualang menyaksikan perang – perang yang diikuti Rasulullah dan hal-hal lain di kehidupan beliau.

Menjadi saksi bagaimna kehadiran Beliau di muka bumi ini telah diramalkan dan diketahui oleh berbagai agama dan kitab-kitab terdahulu. menjadi saksi bagaimana perjalanan seorang manusia bernama Kashva dalam bertualang demi bertemu dengan Rasulullah.

Sebuah cerita yang bahkan baru bab 6 saja sudah mampu meneteskan airmata saya, ketika Hindun memakan hati Pamanda Rasulullah. Kisah ini diceritakan dengan penuh emosi, sehingga saya seperti larut saat membacanya.

Intinya, sebuah novel yang patut dibaca..

Saya kutipkan sebuah paragraf dari dalamnya..

”.. mencintai itu kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, merasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik untuk dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya.”


Kasvha pergi dari Suriah, meninggalkan Khosrou, sang penguasa Persia tempatnya mengabdikan hidup demi menemukan lelaki itu: Muhammad.

Al-Amin yang kelahirannya akan membawa rahmat bagi semesta alam, pembela kaum papa, penguasa yang adil kepada rakyatnya. Kehidupan Kashva setelah itu berubah menjadi pelarian penuh kesakitan dan pencarian yang tiada henti terhadap sosok yang dijanjikan.

Seorang Pangeran Kedamaian yang dijanjikan oleh semua kitab suci yang dia cai dari setiap ungkapan ayat-ayat Zardusht sampai puncak-puncak salju di perbatasan India, Pegunungan Tibet, biara di Suriah, Istana Heraklius, dan berakhir di Yastrib, sang Kota Cahaya.

Hasarat dalam diri Kashva sudah tak terbendung lagi. Keinginannya untuk bisa bertemu dengan Muhammad demikian besar hingga tak ada sesuatu pun yang membuatnya jerih. Bahkan maut yang mengintai dari ujung pedang tentara Khosrou tak jua menyurutkan kerinduannya bertemu Muhammmad.

Kisah pencarian Kashva yang syahdu dalam novel ini akan membawa kita menelusur Jazirah Arab, India, Barrus, hingga Tibet.

Himada…himada…Diakah Himada? Astvat-ereta? Lelaki yang kelahirannya telah lama diramalkan gulungan-gulungan perkamen kuno? Sosok Maitreya yang memiliki tubuh semurni emas, terang benderang, dan suci?

Ya, ini adalah kisah seorang pemimpin paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Ini adalah cerita tentang permulaan sebuah ajaran yang paling disalahpahami di muka bumi. Ini adalah sebuah titian perjalanan setiap manusia spiritual berbagai agama untuk menemukan Dia yang Dijanjikan.

Kashva mencari dia yang oleh Zardusht disebut Asvat-ereta; oleh Yohanes Pembaptis dipuji begitu mulia, oleh ayat-ayat suci Kuntap Sukt dipanggil Mamah Rishi; oleh Sang Buddha dipanggil Maitreya, dan oleh dirinya dijuluki Sang Penggenggam Hujan. Hingga pada waktunya, Kashva dihadapkan pada sebuah pertanyaan: benarkah dia sudah bertemu dengan Dia yang Dijanjikan ataukah tengah menipu diri sendiri dan tak menemukan apa-apa setelah perjalanan panjang yang demikian melelahkan? [BADRU TAMAM MIFKA]

“Novel yang benar-benar sangat memikat dan akurat tentang Rasulullah SAW.”
–Ahmad Rofi’ Usmani, penulis buku-buku tentang Muhammad

“Tasaro bagai pemimpin tur spiritual ke pelosok Persia dan Arab di abad VII. Sangat personal, kadang seakan kia merasa berada di belakang kuduk Rasulullah.”
–A. Fuadi, penulis novel Negeri Menara dan Ranah 3 Warna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar