Kamis, 02 Februari 2012

Ruang Hati

“Re… “. Suara itu mengagetkanku. Suara dari orang yang sudah hampir 3 bulan ini begitu aku rindukan. Aku yang sedang asyik memandangi jendela kamar langsung menoleh ke arahnya.


“Ndre, akhirnya kamu datang!”, aku menghampirinya, mengecup dahinya dan memeluknya dengan erat.

“Kamu kangen ya?”, dia menatap wajahku.

“Kamu sih nggak pernah kasih kabar. Aku kangen banget, Ndre.”, aku menggandengnya duduk di pinggir kasur.

“Tapi sekarang aku udah di sini kan. Kamu nggak kangen lagi, donk?”

“Nggak juga sih, sekarang waktunya kamu cerita. Kamu kemana aja berbulan-bulan ini? Kamu nggak tahu seberapa khawatirnya aku!”

Andreku masih sama seperti dulu, harum parfumnya, sentuhan tangannya, lembut kecupnya. Ah, tak ada yang beda dari kepergiannya dulu. Aku memandangi wajahnya sambil mendengarkan ia bercerita. Ah, dia adalah lelaki yang masih menguasai ruang hatiku.

“Re.. Lha, malah ngelamun..”, ia menggoyangkan tanganku.

“Eh, enggak. Aku seneng aja akhirnya ngeliat kamu Ndre. Kamu nggak tahu kan orang-orang bilang kamu udah pergi. Cuma aku yang berkeyakinan bahwa kamu suatu saat kembali lagi. Aku nggak mau kamu pergi, Ndre. Jangan tinggalin aku lagi.”, aku merasakan air mulai menggenang di pelupuk mata.

“Re, aku… aku minta maaf telah membuatmu lama menunggu. Aku sayang kamu, aku nggak akan tega ninggalin kamu, apalagi kamu selalu sedih begini gara-gara aku pergi.”

“Kalau begitu jangan tinggalin aku lagi, ya, Ndre. Please, jangan..”, aku mengusap bulir air mata yang jatuh.

Andre tersenyum, rasanya semua ini tak nyata, atau entahlah tapi aku masih bisa merasakan sentuhannya, kecupannya dan suaranya tadi. Bahkan kalaupun ini mimpi, aku memilih untuk tetap tertidur dan memimpikan Andre, selamanya. Aku memeluknya erat, lalu bersandar di bahunya yang bidang. Setelah hari ini, aku tahu semua akan kembali sama. Andre telah pulang!

“Re.. Rena… Mama ngajak kita jalan-jalan di taman. Kita keluar yuk.”, Mbak Arum, kakakku, mengajakku keluar kamar.

“Tunggu, Mbak, lihat, Andre sudah pulang. Dia boleh ikut aku ya, Mbak menemui Mama. Biar Mama tahu Andre kembali. Andre beneran pulang dan sekarang aku nggak akan mau pisah lagi sama dia.”, aku menggandeng jemari Andre yang dingin.

“Re.. Maksud kamu apa? Di mana Andre?”

“Ini, di sini, masa nggak ngelihat sih? Ini dia duduk di sebelahku..”, aku melirik dan tersenyum pada Andre.

“Kamu jangan bercanda, Re. Di kamar ini Cuma ada kamu dan aku! Nggak ada Andre! Andre sudah meninggal, Re. Bukankah kamu sendiri juga tahu, 3 bulan lalu pesawat yang ditumpanginya jatuh di Samudera Hindia …..”

Kata-kata Mbak Arum selanjutnya tidak aku dengarkan lagi. Dia pasti bohong, Andre di sini, dia masih tersenyum dan memandang lembut wajahku. Ia yang masih merajai ruang hatiku, tak akan pernah mudah menghapusnya pergi.

(Jumlah kata : 424) --> diikutkan untuk memenuhi Tantangan FFnya Inge :)

2 komentar:

  1. wah ada tantangan FF lagi? Ketinggalan berita saya hiks :(

    ceritanya bagus mba
    terkecoh saya
    ternyata endingnya ga happy toh :(

    BalasHapus
  2. hai nica, iya nih. dapet tantangan dari @noninge di twitter. coba aja ikutan :)

    BalasHapus