Lanjutan dari curhat saya di post sebelumnya,
Pantai
Sundak saat itu sangat sepi, benar benar berkebalikan dengan pantai Indrayanti
dan kemacetan di jalan menuju Pok Tunggal maupun ke Kukup-Baron.
Biar ngga bingung, saya gambarkan sedikit. Pantai pantai ini kalau diurutkan dari Timur ke Barat, jadinya :
Pantai Pok
Tunggal-Indrayanti (Pulang Sawal)-Sundak-Slili- Krakal- Drini -Sepanjang-Kukup-Baron
Nah di Sundak ini kelandaian pantainya mirip dengan di Sadranan. Pasirnya putih, jarak antara parkiran dan bibir pantai juga nggak jauh. Banyak penjual makanan serta oleh oleh di dekat pantai, jadi sambil leha leha, kamu bisa jalan sedikit buat mesan makanan biar nanti diantar sama penjualnya.
Pantai Sundak |
Ombaknya cukup kencang, karena selain pantainya lebar, tidak ada halangan tebing yang biasanya memecah ombak. Tapi masih lebih kencang yang di Sadranan sih daripada di Sundak.
Si kakak sama pasukan seneng banget mengapung ngapung ria di air, sedangkan si adik sibuk main pasir sama saya. Setelah puas bermain, rencananya sih kami mau lanjut ke pantai berikutnya buat main air. Tapi kok yo puanas banget cuacanya, jangankan berbasah basahan, tepi pantai saja sepi saking panasnya matahari. Jadilah kami memutuskan segera ke Kukup buat nyari penginapan, nanti sore gampanglah main main lagi ke pantai lainnya.
Tapi jalanan benar benar ngga bersahabat saat itu. Panas dan macet membuat saya dan pasukan pindah rute ke pantai lainnya. Kali ini kami berbelok ke Sepanjang, niatnya sih mencari penginapan. Tapi sepertinya di sini juga belum ada penginapan yang meyakinkan, bahkan setelah kami melanjutkan perjalanan ke sebuah pantai tersembunyi yang benar benar masih sepi! Ada sebuah vila di situ, empat kamar, tapi ternyata si kakak ngga mau menginap di sana. Ngga ada ACnya.
Pantai tersembunyi yang saya lupa namanya karena ngga ada di peta |
Beruntung mbak yang njagain penginapan itu mau membuatkan kami minuman dan mi, jadi setelah makan, kami melancong lagi ke pantai berikutnya. Drini.
Perjalanan
dari Sepanjang ke Drini, saya muntah muntah. Sampai di Drini pun saya masih
mual dan lemas, ditambah matahari yang panasnya bukan main, saya sama si adek
ngga sanggup keluar mobil. Si ayah mencoba nyari penginapan, ada satu yang
cukup bagus dari luar, namanya Pulau Drini. Nampak Outdoor AC pula di salah
satu sisinya, semoga saja masih ada kamar tersisa. Untungnya setelah bujuk rayu
panjang dan alot, si kakak mau diajak menginap di situ. Begitu masuk kamar,
saya baru sadar kalau penginapan ini sama sekali menipu, tampak bagus di luar
tapi kumuh di dalam. Tapi tak apalah, demi tempat berteduh siang siang. Saya
bahkan langsung gelepar, tepar setelah kembali mengosongkan isi perut.
Sepertinya karena tadi saya sempat membeli jajanan basi meski hanya
menyicipinya sedikit.
Kamar di sini kecil, kasurnya hanya ada satu, kamar mandi kloset jongkok. Yang lebih parah, lampunya remang remang, airnya mati karena harus bergiliran menggunakan "selang", dan AC di kamar saya sama sekali ngga dingin.
Selepas magrib, saya memutuskan untuk berjalan jalan ke sekitar pantai, barangkali ada penginapan yang jauh lebih baik. Saya rela deh pindah daripada menginap semalam di tempat yang tidak meyakinkan tadi. Sayangnya di sini tak ada penginapan, mau pindah ke Kukup juga jalanan masih macet, kata petugas parkir. Aduh. Harapan tinggalah harapan.
Setelah kembali ke kamar, kami menunggu makan malam siap. Sialnya lagi, kami sudah memesan untuk diantarkan makan malam jam setengah tujuh, eh setengah sembilan malam baru dateng. Kampret banget.
Setelah makan, saya ngikut tidur dengan anak anak. Berharap pagi segera datang biar saya bisa segera pindah deh dari sini.
Eh mau tidur pun tak nyenyak, suara dari kamar paling ujung (nomer 5 atau 6), terdengar nyaring di kamar saya. Bahkan suara orang buang angin saja kedengeran jelas. Beuh, penginapan ini benar benar butuh perbaikan deh.
Sekitar setelah subuh, lampu tiba tiba mati. Sebenarnya sesekali dari kemaren sore juga sering mati sih, njegleg, karena tidak kuat saat kamarnya terisi semua terlebih posisi AC menyala. Tapi mati lampu kali ini lamaa banget. Usut punya usut, pulsa tokennya habis, dan ngga ada yang ngisiin sampai pagi! Bahkan sampai kami checkout jam setengah delapan pun, listrik masih mati dan si empunya masih terlelap tidur nyaman di kamar kalau nggak kami gedor gedor buat mindahin mobilnya yang menghalangi kendaraan kami keluar.
Drini mengecewakan, dan penginapan itu jelas saya coret untuk rekomendasi.
Oh hampir
lupa, di Drini juga bisa untuk bermain kano, loh. Para pasukan kemaren sempat
main Kano, tapi sayang saat itu saya masih tepar setelah mual-mual. Jadi nggak
bisa foto-foto deh..
Berikutnya, kami ke Kukup!