Rabu, 18 Mei 2011

Astronot - Chemist - Wanita

Anna Lee Tingle Fisher

lahir pada August 24, 1949, di New York City. Pada tahun 1967 ia lulus dari San Pedro High School. Mendapatkan gelar bachelor of science Kimia tahun 1971 di University of California, Los Angeles (UCLA). Ia kemudian melanjutkan studinya tentang x-ray crystallographic dari metallocarbonanes. Tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah kedokteran UCLA dan memperoleh gelar doctor of Medicine pada tahun 1976. Kemudian ia kembali ke kimia dan menerima gelar master of science dari UCLA pada tahun 1987.

Fisher terpilih menjadi kandidat astronot pada Januari 1978. Dia seorang mission specialist pada misi STS-51A yang diluncurkan 8 November 1984. Ditemani oleh Frederick Hauck (spacecraft commander), David Walker (pilot) dan fellow mission specialists Dr. Joseph Allen dan Dale Gardner. Fisher memiliki catatan penerbangan total sejumlah 192 jam di ruang angkasa.

Fisher menjadi seorang ibu pertama yang ke ruang angkasa pada misi STS-51-A.

Catherine Grace "Cady" Coleman


lahir pada December 14, 1960. Dia pernah mengikuti dua misi luar angkasa dan merupakan anggota dari Expedition 27 yang diluncurkan tanggal 16 Maret 2011 kemarin.

Coleman lulus dari W.T. Woodson High School, Fairfax, Virginia, pada tahun 1978; Mendapatkan gelar bachelor of science degree untuk kimia dari Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1983, dan doctorate di ilmu pengetahuan dan teknik polimer dari University of Massachusetts, Amherst pada tahun 1991. Pada tahun 1988 dia menjadi peneliti di Wright-Patterson Air Force Base. Dia mensintesis senyawa untuk aplikasi optik seperti komputer dan penyimpanan data. Ia juga berperan sebagai surface analysis consultant pada Long Duration Exposure Facility , salah satu penelitian NASA.

Coleman terpilih oleh NASA pada Maret 1992. Pengalaman luar angkasa pertamanya, yaitu STS-73 Columbia. Berfokus diantaranya pada sains material, bioteknologi, combustion science, fisika fluida, dan beberapa penelitian sains lainnya. Ia mengorbit Bumi sebanyak 256 kali, dengan total 15 hari, 21 jam, 52 menit dan 21 detik di luar angkasa.

STS-93 Columbia (July 22-27, 1999) adalah misi 5 hari dimana Coleman sebagai pemimpin mission specialist untuk Chandra X-Ray Observatory. Didesain untuk mengawali studi komprehensif dari jagad raya, teleskop ini memungkinkan ilmuwan untuk mempelajari fenomena eksotik, seperti ledakan bintang, quasars, dan lubang hitam. Misi ini berlangsung selama 118 jam dan 50 menit.

Helen Patricia Sharman,

lahir pada 30 May 1963 adalah orang Inggris pertama yang ke luar angkasa. Sherman lahir di Grenoside, Sheffield, mendapatkan gelar B.Sc. untuk kimia dari University of Sheffield pada tahun 1984 dan Ph.D. dari Birkbeck, University of London.

Sherman terpilih menjadi astronot Inggris pertama pada 25 November 1989. Program yang dijalankannya bernama Project Juno dan merupakan kerjasama dari Pihak Uni Soviet dan perusahaan Inggris. Tetapi proyek ini gagal diluncurkan ke luar angkasa.

Misi Soyuz TM-12 yang mengikutsertakan kosmonot Anatoly Artsebarsky dan Sergei Krikalev, diluncurkan pada 18 May 1991, Sharman bertugas dalam uji medis dan agrikultur, dan memfotografikan British Isles. Dia kembali ke Bumi menggunakan Soyuz TM-11 pada 26 May 1991, bersama Viktor Afanasyev dan Musa Manarov.

Sharman berusia 27 tahun 11 bulan ketika ia pergi ke luar angkasa dan pada tahun 2007, merupakan salah satu dari 5 orang termuda dari 455 orang (90% laki-laki) yang telah pergi ke luar angkasa.

Janet Lynn Kavandi,

lahir di Springfield, Missouri. Lulus tahun 1977 dari Carthage Senior High School - Carthage, Missouri. Mendapatkan gelar di kimia dari Missouri Southern State College (bachelor's, 1980), Missouri University of Science and Technology (masters, 1982), dan University of Washington (doctorate, 1990).

Kavandi terpilih menjadi kandidat astronotoleh NASA pada Desember,1994. Ia menjadi mission specialist pada misi STS-91 (June 2-12, 1998), misi kesembilan dan terakhir Shuttle-Mir docking. Ia bekerja sebagai CAPCOM (spacecraft communicator) pada NASA’s Mission Control Center. Pada misi keduanya STS-99 (February 11-22, 2000), the Shuttle Radar Topography Mission, memetakan lebih dari 47 juta mil permukaan bumi untuk menyediakan data akurat pada peta topografi 3 dimensi. Pada misi STS-104/ISS Assembly Flight 7A (July 12-24, 2001) ia bertugas menjadi agen Payloads and Habitability, kemudian sebagai agen kepala di International Space Station (ISS). Ia bertanggung jawab untuk pelatihan, operasi, keamanan dan kebiasaan kru ISS. Dalam perjalanannya ia telah menghabiskan 33 hari di luar angkasa, 13.1 juta mil dalam 535 kali orbit Bumi.

Millie Elizabeth Hughes-Fulford

lahir di Texas pada 21 Desember 1945. Dia lulus dari Mineral Wells High School pada 1962 dan mendapatkan gelar Bachelor of Science degree untuk Kimia dan Biologi dari Tarleton State University in 1968, and Ph.D. dari Texas Woman's University di tahun 1972.

Pada tahun 1968, ia mempelajari kimia plasma di Texas Woman's University. Dr. Hughes-Fulford berkontribusi terhadap lebih dari 90 makalah dan abstrak pada penelitian tentang tulang dan kanker.

Terpilih sebagai payload specialist oleh NASA pada Januari 1983, Hughes-Fulford terbang ke luar angkasa pada Juni 1991 dengan STS-40 Spacelab Life Sciences (SLS 1), spacelab luar angkasa pertama yang didedikasikan untuk studi biomedis. SLS-1 mengangkasa sejauh 3.2 juta mil dalam 146 orbit dan krunya menyelesaikan sekitar 18 eksperimen dalam waktu 9 hari, membawa banyak data medis lebih dari penerbangan yang pernah dilakukan NASA. Misi ini berlangsung selama 218 jam, 14 menit, 20 detik.

Ia menjadi Principal Investigator (PI) pada seri eksperimen SpaceHab/Biorack yang menguji peraturan pertumbuhan osteoblast (sel tulang). Eksperimen ini dilakukan pada bulan Maret 1996 dalam STS-76, STS-81 in January 1997 dan STS-84 pada May 1997. Penelitian ini menguji akar permasalahan osteoporosis yang terjadi pada astronot di luar angkasa. Ia juga, bersama Dr. Augusto Cogoli dari Zurich, Switzerland menguji perubahan pada induksi gen T-cell pada penerbangan ruang angkasa dengan Soyuz TMA-9 pada September 2006.

Tracy Caldwell Dyson

lahir pada 14 Agustus, menerima gelar B.S. untuk kimia dari California State University di Fullerton (1993) dan Ph.D. untuk kimia dari University of California di Davis (1997).

Caldwell Dyson merancang, mengkonstruksikan dan mengimplementasikan electronic dan hardware dengan laser-ionization, spectrometer massa untuk mempelajari kimia fase gas di atmosfir. Disertasinya berfokus pada penyelidikan reaksi permukaan level molekular dan kinetika permukaan logam menggunakan spektroskopi elektron. Dia juga mendesain dan membangun komponen untuk variabel temperatur dari ultra-high vacuum scanning tunneling microscopy system. Pada 1997, dia menyelidiki reaksi dan kinetika sistem atmosfer menggunakan atmospheric pressure ionization mass spectrometry, Fourier transform infrared dan ultraviolet absorption spectroscopies.

Terpilih menjadi kandidat astronot NASA pada Juni 1998. Pada tahun 2000, dia diberi tugas menjadi Crew Support Astronaut untuk ISS Expedition 5. Antara ISS Expeditions 4 sampai 6, Caldwell Dyson juga berperan sebagai ISS spacecraft communicator (CAPCOM) di dalam Mission Control. Pada tahun 2003, ia ditugaskan untuk memverifikasi software penerbangan pada Shuttle Avionics Integration Laboratory (SAIL) dan pada Kennedy Space Center, Florida. Caldwell Dyson juga menjadi kepala CAPCOM untuk Expedition 11.

Caldwell Dyson bertugas menjadi Mission Specialist #1 di misi STS-118, Space Shuttle Endeavour, pada August 8–21, 2007. Menjelajahi 5.3 juta mil di ruang angkasa, misi STS-118 selesai dalam 12 hari, 17 jam, 55 menit dan 34 detik.

Pada 4 April 2010, Caldwell Dyson menjadi kru Expedition 23 menggunakan Soyuz capsule (Soyuz TMA-18). Setelah melakukan tugas selama 176 hari ia kembali ke Bumi dengan menggunakan Soyuz TMA-18 bersama commander Aleksandr Skvortsov dan flight engineer Mikhail Korniyenko, Dyson mendarat di Kazakhstan pada September 25, 2010.

Senin, 16 Mei 2011

Pratiwi Sudarmono


Saya baru tau kalau ada seorang wanita yang pernah akan menjadi astronot wanita pertama dari Indonesia waktu tahun 1986. Nama beliau adalah Pratiwi Sudarmono, lahir di Bandung dan mendapat gelar Master dari Universitas Indonesia pada tahun 1977, dan Ph.D. dalam Biologi Molekuler dari Universitas Osaka, Jepang, pada tahun 1984.

Space shuttle yang tadinya akan membawa Ibu Pratiwi ke bulan adalah Columbia, dengan kode misi STS-61-H.

Rencananya, penerbangan ini akan dilangsungkan pada 24 Juni sampai 1 Juli 1986, dengan susunan crew :

- Commander : Michael L.Coats (Engineer, Astronot- USA)

- Pilot : John Blaha (Fighter pilot-USA)

- Mission Specialist 1 : Anna L. Fisher ( Chemist -USA)

- Mission Specialist 2 : James F. Buchli (Engineer, Test Pilot – USA)

- Mission Specialist 3 : Robert C.Springer (Test pilot-USA)

- Payload Specialist 1 : Nigel Wood (Royal Air Force squadron leader – UK)

- Payload Specialist 2 : Pratiwi Sudarmono ( Microbiologist- Indonesia)

Back up crew :

- Payload specialist 1 : Richard Farrimond (UK)

- Payload specialist 2 : Taufik Akbar (Indonesia)

Misi ini adalah untuk membawa satelit komersial ke orbit, Skynet 4A (Inggris), Palapa B3 (Indonesia) dan Westar 6S. Tetapi berkenaan dengan tragedi Challenger pada Jan. 28, 1986, Semua penyebaran satelit komersial ke orbit oleh pesawat ruang angkasa dihentikan dan untuk beberapa tahun tidak ada astronot internasional yang dinominasikan kembali.

Skynet 4A akhirnya diluncurkan January 1, 1990 dengan menggunakan Titan III, Westar 6S berganti nama menjadi Galaxy 6 dan diluncurkan October 12, 1992 dengan menggunakan Arine 44L. Sedangkan Palapa B3 berganti nama menjadi Palapa B2P dan diluncurkan pada March 20, 1987 dengan menggunakan Delta-3920.

Saat ini Ibu Pratiwi masih menjabat sebagai wakil dekan Fakultas kedokteran Universitas Indonesia masa jabatan 2008-2012 dan beliau bergelut lebih jauh menjadi ilmuwan di bidang biologi molekuler.

Saat merangkum fakta fakta di atas, saya bingung antara bagaimana harus bersikap. Bangga, sebagai bangsa Indonesia tentunya karena ternyata pernah mengirimkan putera terbaiknya untuk akan diterbangkan ke luar angkasa. Saya tahu persyaratan dan pelatihan untuk menjadi astronot tidaklah mudah, apalagi untuk seorang wanita. Jadi kalau pada tahun segitu saja sudah ada wanita Indonesia yang diberikan kepercayaan NASA untuk menjadi astronot, saya juga gemes, apa iya sampai sekarang kita belum punya putera terbaik Indonesia lagi untuk dikirimkan ke luar angkasa sana?

Dan hey lihat, seorang ilmuwan juga bisa jadi astronot. Meski sayangnya anak anak sekarang mungkin hanya sedikit yang masih bercita cita tinggi kaya saya dulu, jadi astronot. Bukan mustahil, tapi ketinggian...Tapi kan kalo bermimpi jangan nanggung nanggung, asal tau resikonya kalau jatuh. Seorang chemist juga bisa jadi astronot, see.. meski kayaknya saya juga harus browsing artikel lagi buat mbuktiin beneran ada nggak chemist yang pernah jadi astronot ke luar angkasa beneran. :)

Tentu saya berharap saya masih hidup untuk punya kesempatan menyaksikan suatu saat nanti tentunya, salah seorang putera terbaik Indonesia menjadi astronot. Someday, somehow..


-Solo-

*Masih pengen jadi astronot