Empat tahun
lalu, gigi keenam saya di bagian bawah sebelah kiri ditambal di sebuah rumah
sakit swasta. Selama hampir empat tahun itu, tidak ada keluhan sampai beberapa
bulan terakhir mulai sering cnut cnut. Puncaknya sebulan yang lalu, saya
menyerah dan kembali ke dokter gigi.
Oleh beliau saya diresepkan obat. Begitu obat habis, saya harus diperiksa kembali. Maka empat hari kemudian, kembalilah saya ke rumah sakit tersebut. Oleh dokter kemudian dibersihkan karang gigi di sekitar gigi yang masih cnut cnut itu dan diberi obat lewat gusi. Lalu diresepkan obat lagi. Dokter bilang kalau obat ini habis, saya harus kembali lagi untuk membongkar tambalan saya.
Seminggu kemudian saya kembali lagi. Tapi dokter ini sedang tidak praktek, alias cuti. Lalu saya periksa ke dokter gigi lainnya, dan diresepkan pereda nyeri serta antibiotik. Seminggu kemudian, saya balik lagi ke dokter untuk menagih janjinya membongkar tambalan. Dokter mengiyakan, lalu gigi saya diutak atik dan diresepkan obat.
Sampai rumah saya penasaran kenapa gigi saya masih terasa mengganjal. Ternyata oh ternyata, tambalannya baru dibolong separo. Jadi masih ada lagi tambalan yang belum dibongkar. Saking kesalnya saya yang saat itu masih cnut cnut kesakitan, saya cerita ke seorang teman yang juga dokter gigi. Setelah curhat panjang lebar, teman saya menyarankan saya untuk periksa ke spesialis Konservasi Gigi.
Maka dua hari kemudian, karena gigi saya tak kunjung membaik dan malah bengkak, saya berangkat ke rumah sakit pusat yang memiliki praktek konservasi gigi.
Sampai di sana, masih menunggu agak lama sih karena dokternya rapat. Lalu setelah dia datang, saya diperiksa dan dibersihkan sisa tambalannya. Pipi saya masih bengkak, tapi cnut cnutnya udah mendingan. Kata beliau saya harus menjalani perawatan saluran akar, karena gigi saya sudah mati. Sementara tunggu sampai bengkaknya kempes dulu baru dilakukan perawatan. Berdasar cerita teman teman, perawatan ini ngga murah. Makanya saya langsung nanya ke beliau. Katanya sih.. memang mahal. Dan saya disarankan untuk melalui BPJS saja. Jadi saya harus ke faskes 1, minta rujukan ke faskes 2, baru minta rujukan lagi ke RS pusat tersebut.
Well, demi gigi sehat deh ya. Besok besok saya ceritain lagi pengalaman minta surat rujuk dan antri BPJS...