Sabtu, 03 Desember 2011

Buku Harian

Sejak SD, aku sudah terbiasa menulis di buku harian. Semenjak Mama meninggal, sepertinya, ketika aku mulai belajar untuk tidak mudah percaya terhadap orang lain, meskipun terhadap keluargaku sendiri. Dulu aku terbiasa menulis paling tidak satu lembar setiap harinya, biasanya saat malam sebelum tidur, aku akan menceritakan kejadian yang aku alami selama seharian itu dan apa agendaku keesokan harinya. Bagiku saat itu menulis buku harian sudah jadi kebutuhan, aku yang tinggal jauh dari orangtua dan merasa ditelantarkan mungkin adalah alasan utamanya.

Semenjak SMA, tulisanku mulai beragam, aku mulai merasakan jatuh cinta, mulai bimbang melangkah, keputusasaan di sekolah atau hal apa aja mulai bervariasi menghiasi lembar demi lembar buku harianku. Tapi aku sudah tidak rutin menulisnya, faktor kesibukan dan rasa khawatir jika buku itu dibaca orang lain adalah alasan lainnya kenapa aku mulai nggak rajin nulis.

Lulus SMA, aku menikah lalu berkenalan dengan blog. Yang ini lebih umum, tapi aku bebas menulis sesuka hatiku meski biasanya dalam bentuk puisi. Aku tak pernah menulis buku harian lagi, meski terkadang ingin. Entahlah, aku masih sulit mempercayai orang, karena kau tak kan tahu selama apa manusia bisa memegang kepercayaan.