Sabtu, 29 Agustus 2009

Cita-cita

Kali ini saya mau mbahas tentang cita-cita. Hehehh, dulu, waktu masih TK ditanyain mau jadi apa, saya milihnya agak ngaco. Antara jadi pramugari, penyanyi atau peragawati..hehehh. Maklum, namanya juga masih kecil, apalagi tontonannya masih “ Ci Luk Ba-nya Maissy”, kalo yang pramugari..alasannya simple, karena saya ingin jalan2 ke luar negeri gratis..hehehh.. Kalo peragawati..karena baju2nya bagus bagus,, udah gitu cakep cakep lagi..(kepedean kalo yang ini mah cita citanya..)Ya, namanya juga masih kecil..(mohon dimaklumi ya..-jangan diketawain lho-).


Beranjak SD.. Mau lulus SD, saya inget, habis nonton Petualangan Sherina, saya memutuskan menetapkan cita-cita saya. Mau jadi Astronot..(ga logis ya???). Alasannya bukan karena saya pingin ketemu makhluk ijo, dengan tinggi ga ada satu meter, dengan antenna dikepalanya, dan memiliki kecerdasan jauh lebih tinggi dari kita.(katanya lhoo..). Bukan itu alasannya. Dulu kalo saya nanya ama Papa, “Mama lagi dimana ya sekarang, Pa?”. biasanya Beliau jawabnya simple..” Di Surga”. Lalu saya akan bertanya lagi, “Dimana Surga itu, Pa?”..dan Ia akan menjawab..”Di Sana”, sambil nunjuk ke langit.. Semenjak itu, saya bertekad akan pergi ke luar angkasa. Ke tempat bergravitasi 0. ke tempat dimana saya bisa bertemu Mama lagi, sebentar saja..( Ciee..sok puitis ah )..Lebih tepatnya, ke tempat dimana saya bisa melihat Bentuk bumi yang katanya bulat itu.. Pingin lihat bintang bintang yang kalo malam saya lihat dari Loteng rumah saya, kerlap kerlipnya bagus banget itu. Pingin lihat yang kaya di film film itu. Haduh..rasanya jadi pingin jadi astronot beneran deh..^^”



Owh iya, saya juga pernah bercita-cita jadi dokter. Hehehehhh, kalo yang ini, cukup Logis lah. Tapi tidak Logis lagi setelah ternyata saya tidak mampu menembus Fakultas yang satu ini waktu SPMB dulu. Sempet sedih sih. Tapi Ayah nghiburnya cakep bener deh. Bilangnya gini, Udah Bun. Fakultas Kedoktera di Universitas di Indonesia udah banyak, muridnya juga ga nanggung nanggung banyaknya, bisa seratusan orang satu kelas. Coba kalo semuanya jadi dokter, semua bisa buka praktek sendiri, bisa bisa setiap RW punya satu Dokter, gimana coba? Ga laku doonk...(Wah, ciut juga jadinya keinginan saya jadi dokter).Apalagi kalo ternyata dipekerjakan di Luar Jawa..(yang ini ancemannya ga mempan, soalnya saya emang bercita cita juga jadi petualang kaya Riyanni reporter itu). Maap, bukannya saya menakut nakuti kalian yang lagi kuliah di FK, bukaann..saya Cuma mau cerita doank kok..



Waktu SMA lain lagi, saya kalo ditanya lagi mabit gitu, jawabnya, mau jadi isteri yang solihah, jadi ibu yang baik..ternyata belum ada 5 tahun, udah kesampean jadi ibu2 beneran.. ya, mungkin belum jadi Ibu yang baek sih, tapi ya setidaknya sudah jadi Ibu, gitulah. Lha kok kurang tinggi ya cita citanya? Gitu pikir saya. Sekarang, udah jadi Ibu Ibu ini, saya masih punya cita-cita..kalo yang setinggi Langit, saya bercita cita jadi astronot..(teteeuupp) ama jadi adventurer..saya mau jadi petualang..ato jadi reporter di jejak petualang..(Lhoo???) hehehhh..Kalo yang agak konkrit dikit, saya mau jadi penulis yang best seller..(yang ini konkret ga yaaa???)


Hehehehhh..

Maap kalo curhatnya saya ada yang menyinggung perasaan anda pembaca..
Yang penting saya masih punya cita cita..(Lhoo???)..kamu punya cita cita gaa???

-Solo-
Ramadhan hari ke-8, setelah sepagian mandangin bintang di atas loteng

Senin, 24 Agustus 2009

Sempurna

Walau tak ada yang sempurna, tapi hidup ini indah apa adanya..
Filosofi Kopi
Dewi Lestari


Yaa, sebuah kalimat yang biasa saja tapi menurutku kaya makna. Sebuah kenyataan yang menyadarkanku bahwa terkadang kita terlalu merekayasa sebuah kesempurnaan dalam hidup ini. Padahal, sebenarnya kita tak punya kesempurnaan itu, tidak satupun yang memilikinya kecuali Ia, Tuhan Yang Maha Sempurna.


Sempurnakah hidupku? Hanya karena tercukupi ini itu ataupun banyak membuat iri beberapa orang..(ge er dikit nih..), tapi tentu saja tidak ada yang sempurna dalam segala sesuatunya. Selalu ada yang kurang, mungkin lebih seperti kalo aku masak sesuatu, terus nanya ke orang lain, gimana rasanya dan mereka jawab, kurang asinlah atau kurang manislah, kurang lada atau kurang apalah gitu. Padahal di lidahku, rasa masakan itu sudah sempurna. Mungkin karena aku yang memasaknya lalu menobatkannya sebagai masakan terenak bikinan Bunda..(hehehh..)


Selama liburan ini, aku mencerna dan mengamati lagi kehidupanku 21 tahun kemarin, sejauh ini, bisa dibilang segalanya berjalan baik-baik saja. Okelah ada beberapa hambatan dan batu sandungan disana sini, ada beberapa jalan yang dipenuhi kerikil kerikil yang kecil, tapi tajam menusuk telapak kaki. Terkadang ada badai, ada gemuruh dan halilintar atau panas membakar yang mengiringi hari. Toh memang begitulah kehidupan ini, tak ada yang sempurna, bahkan jalan tol saja bisa macet ataupun gompal gompel di sana sini.


Masih banyak yang belum tercapai dalam impianku, masih banyak gunung yang harus didaki, bintang yang harus diraih, gurun yang harus dilewati dan samudera hidup yang harus dilayari. Tak jarang ada kata lelah yang menghimpit igaku, hingga berkesan seluruh dunia runtuh menimpaku, dan aku hanya ingin tidur sejenak, walau terkadang mata ini tak bisa dipejamkan dengan mudah begitu saja. Terkadang aku hanya ingin mengakhiri pencarian ini, berhenti bermimpi dan menghadapi hari begitu saja dalam sepi. Tapi, bukankah tanpa mimpi berarti kita mati?


Maka aku terus bermimpi, mengharapkan sesuatu yang jauh untuk diraih, karena aku akan mengalami lebih banyak cerita saat menggapainya. Maka aku terus berjalan, tertatih terkadang, terjatuh tak jarang, tapi hidup ini harus tetap berjalan. Hidup ini air, tak bisa stagnan begitu saja, karena ia akan menair, atau menguap. Tergantung bagaimana kita merasakannya.
Dan demikianlah, tak kan lagi kucari kesempurnaan segala sesuatu di sana sini, karena Tuhan satu satunya Dzat Yang Memilikinya. Hanya Ia Yang Memiliki Kesempurnaan itu, tidak ada lain di dunia ini. Lalu apa yang kucari? Hanya sebuah perjalanan, yang tak tahu singkat atau lama, untuk mencari bekal menemui-Nya, Yang Maha Sempurna itu kelak.

-Solo-
Saat membaca buku yang istimewa di Ramadhan hari ke-3

Rabu, 12 Agustus 2009

lagi..

Masih terbayang senyummu
Sedikit tersamar, tetapi masih
Tertampung dalam memori otakku
Memang kisah kita tak seindah
lagu-lagu di music playermu
Atau seromantis film-film
Yang sering kau tonton itu
Tapi ternyata kurasakan
Lebih daripada itu
Terasa metafora cinta
Yang tergugu dalam untaian kata
Terpasung dalam jalinan rasa
Kala turbulensi jarak dan waktu
Menyempit menjadi pori-pori kecil
Dalam ruang-ruang kosongku
Setiap harinya..
Setiap saatnya
Berbekal monitor dan modem lawasku
Kusambut gempita dunia
Kujelajahi liarnya alam rimba
Yang melebur dalam ranumnya usia
Bersama kalian
Sahabat sahabatku
..

-Selalu ada ruang untukmu, di hatiku-

Senin, 03 Agustus 2009

cinta..selamat hari lahir

Cinta..
Sejak pertama kusadari kau hidup dalam diriku
Tak ada lagi yang mampu mengalahkan rasa itu
Bahagia, khawatir, cemas dan gembira
Karena Tuhan menitipkanmu pada kami orang tuamu

Sejak pertama kau hadir ke dalam hari-hariku
Aku tahu aku bangga memilikimu
Aku tahu aku sayang padamu
Aku tahu aku mencintaimu

Ternyata sudah dua tahun usiamu kini, Cinta
Telah banyak bahagia yang kau tularkan pada dunia
Telah banyak cinta yang kau sebarkan pada kami semua
Telah banyak air mata yang meminta di hapus
Dan telah banyak rasa untukmu yang bercampur dalam hatiku

Selamat hari lahir, Sayang
Semoga Allah senantiasa memberikanmu yang terbaik
Dalam tiap langkah langkah kecilmu
Dalam tiap senyum manismu
Dalam tiap ruang hatimu
Doa Ayah dan Bunda selalu menyertaimu
Karena kami selalu mencintaimu..



- Solo -
-2 Agustus 2009-
-Saat ternyata kusadari aku dan dia bertambah dewasa-